|
PROBOLINGGO– Banjir bandang bercampur lumpur menerjang Kabupaten Probolinggo. Ratusan rumah di lima kecamatan terendam, bahkan puluhan di antaranya terbawa arus termasuk mobil dan sepeda motor. Menurut informasi,banjir kiriman dari lereng Gunung Argopuro ini disebabkan guyuran hujan deras selama empat jam pada Sabtu (28/1) hingga dini hari kemarin.Lima kecamatan yang terendam adalah Kecamatan Pajarakan, Kraksaan, Krejengan, Gading, dan Kecamatan Pakuniran. Meski tidak ada korban jiwa, harta benda warga yang tinggal di sepanjang tepian sungai hilang. Budi, 35, warga Desa Patemon, Krejengan, mengungkapkan, sebelum banjir datang,dia dan keluarganya sudah bersiap- siap tidur.Tidak lama kemudian terdengar suara teriakan tetangga yang memaksanya keluar dari rumah. ”Saat saya membuka pintu, ternyata air sudah berada di depan rumah. Tidak lama kemudian,air mulai masuk ke dalam,” ungkapnya. Dalam kondisi panik, dia dan keluarganya berusaha menyelamatkan diri. Dia mengaku tidak ada satu pun harta benda yang berhasil diselamatkan, termasuk perhiasan emas 27 gram,uang Rp60 juta, dan sebuah mobil.”Yang penting keluarga saya selamat semua,” katanya. Camat Krejengan Suharto mengungkapkan, puluhan rumah dan dua gedung sekolah rusak parah. Harta benda, hewan ternak,dan areal persawahan lenyap terbawa derasnya banjir. Bahkan, kata dia, jembatan yang menuju Ponpes Genggong juga rusak. ”Untuk sementara, warga yang rumahnya rusak bertempat tinggal di kediaman kerabat dan tetangganya,” kata Suharto. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo meminta agar warga yang berada di pinggir sungai untuk meningkatkan kewaspadaan. Karena banjir bandang susulan ini dikhawatirkan terjadi lagi.”Kami sudah menginventarisasi serta memberikan bantuan kepada korban banjir,” kata Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin seusai meninjau lokasi banjir. Alat Pendeteksi Banjir Rusak Sementara itu, alat sistem peringatan dini (EarlyWarning System/EWS) banjir di Kota Madiun rusak.Akibatnya, peringatan banjir akan disebarluaskan melalui pengeras suara masjid dan musala. Hal ini dianggap lebih untuk efektif menjangkau warga di lokasi yang rawan terkena limpahan air banjir.”Lebih efektif diumumkan melalui masjid dan musala yang ada di wilayah rawan banjir,”ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Madiun Agus Subianto, kemarin. EWS banjir yang rusak berada di jembatan Kecamatan Manguharjo. Kerusakan EWS banjir juga terjadi di Kabupaten Ngawi. Setidaknya ada lima EWS di bantaran sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang rusak. Sementara itu,cuaca buruk di laut Pacitan sejak beberapa waktu lalu, berdampak pada pasokan ikan di pasar-pasar.Ini karena jumlah tangkapan ikan menurun dan mengkibatkan harganya kini melonjak drastis. Seperti yang di alami para pedagang ikan di Pasar Arjowinangun Kecamatan Kota Pacitan. ”Stok ikan sulit didapat,” ucap Samsiyah, salah seorang pedagang,kemarin. Pjs Kasatpolair Pacitan Bripka Endro Wibowo mengimbau pada para nelayan untuk tidak memaksakan diri mencari ikan terlalu ke tengah. ”Jika dipaksa malah membahayakan kapal dan nelayan,” terangnya. Di Bojonegoro,harga gabah hasil panen dari persawahan di dekat Sungai Bengawan Solo turun usai terjadi banjir,beberapa waktu lalu. Harga gabah yang sebelumnya Rp3.800- Rp4.000/kg,kini turun menjadi Rp3.400 - Rp3.500/kg.Kondisi ini terjadi sejak dua pekan terakhir. Penyebabnya, kualitas bulir padi menurun lantaran kadar airnya terlalu banyak. Selain itu, banyak bulir padi busuk karena banjir. arie yoenianto/dili eyato/ muhammad roqib Post Date : 30 Januari 2012 |