|
JAKARTA (Media): Banjir bandang menerjang Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Jatim), sejak Jumat (3/12) malam hingga kemarin. Sebelas orang tewas, ribuan rumah dan ribuan hektare sawah terendam hingga satu meter lebih, serta ribuan ternak mati. Sembilan orang yang tewas di Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Kademangan, Blitar, karena terkurung di dalam rumah ketika air setinggi satu hingga satu setengah meter mengepung tempat tinggal mereka. Dari sembilan korban tewas tersebut, hingga pukul 16.30 WIB kemarin, tujuh di antaranya berhasil diidentifikasi. Sedangkan dua korban lain belum dikenali, yaitu perempuan berusia masing-masing 40 dan 60 tahun. Para korban yang dikenali ditemukan mengapung di sekitar kediaman mereka. Selain menelan korban jiwa, banjir bandang terbesar selama 50 tahun terakhir ini juga menggenangi ribuan rumah penduduk di 10 desa yang mengakibatkan sekitar 17.000 warga terpaksa mengungsi. Ke-10 desa tersebut adalah Desa Darungan, Plosorejo, Rejowinangun, Kademangan, Dawuhan, dan Sumber Jati (Kecamatan Kademangan) serta Desa Sutijayan, Kedung Bunder, Kalipang, dan Pandan Arum (Kecamatan Sutojayan). Tidak hanya itu, sedikitnya 1.000 hektare (ha) sawah juga terendam dan dipastikan gagal panen (puso). Banjir bandang ini terjadi akibat guyuran hujan lebat sejak Kamis (2/12) malam mulai pukul 21.00 hingga Jumat sekitar pukul 14.00. Keadaan ini diperparah lagi oleh gundulnya hutan jati di kawasan Kepek Wonotirto dan di Desa Darungan. Jembatan Kali Gelondong yang menghubungkan Kecamatan Sutojayan dan Kanigoro juga terendam air hingga satu meter. Sehingga arus lalu lintas yang menghubungkan dua kecamatan itu, termasuk empat kecamatan lain di Blitar selatan lumpuh total. Empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kademangan, Wates, Panggung Rejo, dan Binangun. Total kerugian diperkirakan mencapai miliaran rupiah, terdiri atas ribuan sawah yang baru memasuki musim tanam hingga siap panen di Desa Sutojayan, Pandan Arum, dan Bacem rusak dan hanyut terbawa air. Begitu pula puluhan penduduk harus kehilangan ribuan ternak ikan seperti lele, gurame, dan tombro yang ikut hanyut. Kemarin siang banjir di Blitar mulai surut, sehingga banyak kawasan permukiman kembali normal. Ribuan warga yang sebelumnya mengungsi ke pos penanggulangan banjir di SDN Kalipang Sutojayan, SDN Kedung Bunder, dan gedung serbaguna Kelurahan Sutojayan sudah kembali ke rumah masing-masing. Brantas meluap Selain melanda Blitar, banjir bandang juga menerjang sejumlah desa di tiga kecamatan di Kabupaten Kediri dan menewaskan seorang warga Kelurahan Mojoroto. Ketiga kecamatan tersebut adalah Ngadiluwih, Mojo, dan Kras. Banjir di Kediri terjadi akibat meluapnya Sungai Brantas sejak Jumat malam. Sedikitnya 50 keluarga di Desa Seketi, Kecamatan Ngadiluwih, dan 35 keluarga di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, dievakuasi ke gedung-gedung sekolah. Ketinggian air rata-rata mencapai 50 hingga 100 sentimeter. Selain ratusan rumah warga tergenang, ratusan ha lahan pertanian di tepian Sungai Brantas pun terendam hingga mengakibatkan kerugian ratusan juta rupiah. Ribuan ha sawah di delapan kecamatan di Kabupaten Tulungagung, yakni Kecamatan Pucang Laban, Rejotangan, Kalidawir, Bandung, Besuki, Ngantru, Boyolangu, dan Pakel juga terendam air setinggi 40 sentimeter hingga satu meter. Dua jembatan di Tulungagung selatan, yakni jembatan Sungai Betak dan jembatan Sungai Karanglo, Kecamatan Kalidawir terputus. Karena itu, arus transportasi Tulungagung-Blitar lewat jalur selatan lumpuh total, sehingga menimbulkan kerugian sekitar Rp400 juta. Banjir yang melanda ratusan rumah di Desa Semanten, Sukohardji, Kembang, dan Surnoboyo Kabupaten Pacitan karena meluapnya Sungai Girindulu menyebabkan seorang tewas. Hingga kini banjir masih menggenangi perumahan penduduk dengan ketinggian 30-50 sentimeter, bahkan di beberapa desa mencapai satu meter. Sementara ratusan ha sawah juga terendam air. (ES/FL/Ant/X-8) Post Date : 05 Desember 2004 |