Banjir Bandang Terjang Dua Desa

Sumber:Koran Sindo - 30 November 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BOJONEGORO(SI) – Banjir bandang kembali terjadi di Kabupaten Bojonegoro.Kali ini,Desa Woro dan Desa Bumirejo di Kecamatan Kepohbaru yang merasakan terjangan air bah,dini hari kemarin.

Sejak Sabtu (28/11) sore, wilayah Kecamatan Kepohbaru memang diguyur hujan lebat.Hingga Minggu (29/11) dini hari, air tiba-tiba datang dan menggenangi sejumlah pemukiman di dua desa tersebut. Air mengalir begitu deras melewati jalan poros kecamatan.“Ketinggian air mencapai 40 cm,” terang Purnomo warga Desa Woro. Dia menjelaskan, saat air datang warga masih dalam keadaan tidur.Beruntung air tidak terus meninggi dan hanya mencapai betis orang dewasa.

Sekitar pukul 09.00 WIB, air masih mengalir deras menyeberangi jalan poros kecamatan yang mengubungkan Kecamatan Baureno-Kepohbaru.Akibat banjir bandang ini,jalan poros kecamatan tergenang dan mengganggu arus lalu lintas untuk beberapa lama. Beberapa pedagang yang melintasi jalan tersebut, mengeluhkan kondisi banjir. Apalagi, jalan poros kecamatan itu sangat jelek.Sehingga, mereka khawatir saat melintasi genangan air, bisa terjerembab di lubang jalan.

“Jalannya banjir.Jadinya, jualan agak siang,”kata Ny Weni, salah satu pedagang di pasar Kepohbaru, asli warga Baureno. Akibat banjir tersebut,para pedagang yang hendak balik ke Baureno melewati jalan poros kecamatan itu memilih lewat jalur Kecamatan Sumberrejo,meski dengan jalur memutar.Mereka takut, saat melintasi jalan banjir akan menimbulkan kecelakaan.“Saya milih lewat jalan perempatan Kepohwates saja,biar aman,”katanya.

Tuntut Tanggul Diselesaikan

Sementara itu, puluhan warga Dusun/Desa Patihan, Kecamatan Widang,Tuban berunjuk rasa di Sungai Bengawan Solo.Mereka menuntut pengerjaan tanggul sungai segera diselesaikan.Sebab saat ini sudah memasuki musim penghujan, dan debit air sungai juga mulai naik. Informasi yang diperoleh Seputar Indonesia menyebutkan,proyek penguatan tanggul Sungai Bengawan Solo di desa tersebut dikerjakan CV Estaka sejak sebulan terakhir.

Namun,proyek APBN sepanjang 3,5 km itu baru terealisasi 2,5 km. Proyek tiba-tiba dihentikan paksa warga Dusun Tanggir, yang masih tetangga dusun Patihan, lokasi proyek.Alasannya, pengerjaan tanggul utama Bengawan Solo itu telah berdampak rusaknya jalan poros desa. “Kami minta proyek dilanjutkan. Sebab,kami khawatir bencana banjir bakal terjadi lagi seperti tahun sebelumnya.

Apalagi, saat ini sudah memasuki musim penghujan,” terang Hadi S,warga setempat. Pengunjuk rasa sendiri mengaku sangat menyayangkan sikap masyarakat Dusun Tanggir yang menghentikan pelaksanan proyek. Padahal, proyek itu sangat ditunggu masyarakat Patihan.“Padahal, kalau dihentikan terus,ribuan warga terkena dampaknya,”tegasnya. Di pihak lain, rencana pembangunan Waduk Kresek di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun adalah salah satu solusi mengatasi banjir kiriman dari lereng Gunung Wilis.

Waduk setinggi 40 meter, bentang bendungan 400 meter, luas genangan 60 hektare, dan kapasitas tampungan 12 juta meter kubik tersebut akan menampung air dari lereng Gunung Wilis sehingga tak langsung mengalir ke bawah menggenangi permukiman warga. Sekadar informasi, setiap hujan di hulu kawasan lereng Gunung Wilis,bisa dipastikan hilir sungai di bawahnya menerima banjir kiriman.

Daerah itu meliputi Kecamatan Wungu, Dagangan, Geger, Mejayan, Madiun,dan sebagian wilayah Kare. Lereng Gunung Wilis yang tandus dan gersang tidak lagi mampu menampung air sehingga air bercampur lumpur dan material seringkali langsung turun ke bawah melewati sungai dan anak sungai yang bermuara di Sungai Bengawan Madiun dan Sungai Bengawan Solo.

Banjir kiriman dari lereng Gunung Wilis ini biasanya berlangsung cepat. Air mengalir dengan deras menggerus apa saja yang dilewatinya. Namun,biasanya dalam waktusingkatpulaairsurutdanmeninggalkan sisa lumpur dan genangan air di daerah yang dilaluinya. Menurut Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Madiun,Sugito,pembangunan Waduk Kresek sudah mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum,Djoko Kirmanto.

”Namun,pemerintah pusat sepertinya berhati hati dalam menyetujui pembangunan waduk. Sebab, jangan sampai terulang kejadian seperti di Situ Gintung. Makanya, pembangunan waduk harus memenuhi standar sesuai yang ditetapkan pemerintah,”ujarnya. Menurut dia, berdasarkan perundingan dengan pihak Pemkab Madiun,rencana pembangunan fisik Waduk Kresek akan dimulai 2010.Tahap awal dialokasikan anggaran Rp500 juta dari APBD 2010.

Sementara anggaran untuk pembangunan waduk dari pemerintah pusat sebesar Rp38 miliar. Persiapan lain yang telah dilakukan yakni adalah survei ekonomi, sosial,dan survei Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Selain itu,Dewan dan Pemkab Madiun saat ini juga tengah menunggu hasil detail desain yang telah diajukan ke Komisi Air Departemen Pekerjaan Umum (PU).

”Agar rencana pembangunan waduk sesuai rencana dan tahapan, pihak Dewan akan terus berkoordinasi dengan Bappeda,PU, dan lainnya,”ujarnya. Di Kabupaten Madiun sendiri telah ada empat waduk antara lain Waduk Saradan, Dawuhan, Notopuro dan yang terakhir adalah waduk Kedungbrubus. (nanang fahrudin/ muhammad roqib)



Post Date : 30 November 2009