|
PADANG (Media): Seorang warga tewas, puluhan rumah hanyut dan rusak akibat banjir bandang yang menerjang tiga desa di Kecamatan Empat Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar), Senin (16/1) malam. Air bah bercampur lumpur dan batang kayu yang terbawa arus Sungai Lumpo dan Salido--sekitar 75 kilometer selatan Kota Padang juga menghanyutkan puluhan ekor ternak dan merendam ratusan hektare (ha) sawah. Ketinggian air mencapai satu meter. "Kerugian sementara diperkirakan lebih dari Rp50 miliar," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesisir Selatan Sabrul Bayang, kemarin. Tiga desa yang diterjang banjir bandang yaitu Desa Lumpo, Bungo Pasang, dan Desa Tambang. Kerusakan terparah terjadi di Desa Lumpo. Sedikitnya enam rumah hanyut, empat rumah hancur, dan puluhan lainnya rusak. Banjir juga merendam sedikitnya 400 ha sawah siap panen, saluran irigasi rusak, jaringan listrik putus, dan dua jembatan hanyut. Rosman Chan, 31, warga setempat, tewas terseret arus bersama rumahnya. Banjir itu diawali hujan deras Senin pukul 15.00 WIB. Pada pukul 18.15, air Batang Lumpo meluap. Bersama air bah juga ikut terbawa ratusan batang kayu hasil penebangan liar di hulu sungai. "Ketika itu, aliran listrik mati. Air bah datang dengan suara gemuruh menyapu rumah dan sawah di sepanjang sungai. Warga panik luar biasa," kata Sabrul. Hingga kemarin, warga yang kehilangan rumah masih mengungsi ke rumah saudara mereka. Sebagian lainnya sudah kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur. Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit dan Wakil Bupati Syafrizal Ucok sejak kemarin pagi berkeliling ke tempat-tempat yang terkena banjir bandang sambil memberi bantuan mi instan dan nasi bungkus. "Masyarakat masih membutuhkan air bersih, makanan, dan obat-obatan." Banjir juga terjadi di Kabupaten Padang Pariaman. Banjir yang datang mulai pukul 23.00 Senin malam itu merendam enam kecamatan, yakni Kecamatan Lima Koto Kampung Dalam, Sungai Limau, Nan Sabaris, Sintuk Toboh Gadang, Dua Kali Sebelas, dan Kecamatan Ulakan Tapakis. Ketinggian air mencapai satu meter. Namun, banjir sudah surut sehingga warga kembali ke rumah. Korban longsor Sementara itu, Pemkab Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), tidak mengharuskan seluruh pengungsi korban longsor di Dusun Gunung Reja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, menghuni tenda-tenda penampungan sementara. Bupati Banjarnegara Djasri, kemarin, mengatakan para pengungsi yang menempati SD Sijeruk akan lebih baik tinggal bersama masyarakat bila ada yang mau menampung mereka. Pernyataan itu dilontarkan Djasri setelah para pengungsi menolak tinggal di tenda-tenda penampungan sementara selama tiga bulan. Mereka lebih memilih hidup bersama sanak saudara mereka. Djasri menambahkan, rencana pembangunan tenda-tenda darurat sekitar 200 meter dari lokasi kejadian, bukan merupakan satu-satunya tempat penampungan sementara. Dari Semarang, Jawa Tengah (Jateng), dilaporkan sedikitnya 22 rumah di RT I/V Gumpilsari, Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, terancam longsor. Saat ini kondisi tanah sudah merekah akibat diguyur hujan lebat. Bahkan, sebagian tebing sudah mulai longsor sehingga delapan keluarga memilih pindah dari lokasi tersebut. Kepala Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat Kota Semarang Sujitno mengatakan pihaknya telah mengirimkan memo kepada wali kota yang menyebutkan lokasi Gumpilsari tidak layak menjadi tempat tinggal. Dari Bandar Lampung, Pemerintah Provinsi Lampung menyiapkan posko-posko di 10 kabupaten/kota untuk mengantisipasi bencana di saat musim hujan. (HR/JN/LD/PW/IH/N-2) Post Date : 18 Januari 2006 |