|
KUDUS, KOMPAS - Banjir bandang dari Pegunungan Kendeng Utara menerjang sekitar 200 rumah warga di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Banjir seperti itu pernah terjadi di lokasi yang sama, 40 tahun lalu. Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Kudus Atok Darmobroto, Selasa (26/10), di Kudus, mengatakan, banjir terjadi akibat hujan deras pukul 13.00-14.00. Setelah itu, terdengar suara gemuruh air dari puncak Bukit Wonosoco, menerjang permukiman. ”Rumah warga tergenang air dan lumpur sekitar setengah jam. Sejumlah unggas dan ribuan ikan milik warga hilang tersapu banjir. Namun, tidak ada korban jiwa,” katanya. Sesepuh Desa Wonosoco, Slamet (68), menuturkan, banjir serupa pernah terjadi 40 tahun lalu. ”Kalau hujan deras masih terjadi, saya khawatir banjir bandang akan berulang,” kata penjaga Sendang Dewot dan Gadhing tersebut. Desa Wonosoco terletak di bawah Bukit Wonosoco yang masuk rangkaian Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan perbukitan yang nyaris gundul itu merupakan salah satu daerah sasaran program konservasi hutan dan air oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus dan Perusahaan Daerah Air Minum Kudus. Sementara itu, banjir dan longsor yang melanda hampir setengah wilayah Kabupaten Kebumen, Minggu, menyebabkan infrastruktur pengairan dan jembatan rusak parah. Lebih dari 20 titik tanggul dan talud sungai serta irigasi jebol. Selain itu, lima jembatan putus. Untuk membangun kembali ditaksir perlu dana sampai Rp 50 miliar. Kerusakan tersebut, menurut Kepala Bidang Irigasi Dinas Sumber Daya Air Kebumen Muhtarom, Selasa, disebabkan curah hujan di luar batas normal. Saat itu, curah hujan 185 milimeter. Rata-rata curah hujan di Kebumen hanya 400 milimeter per bulan. Akibatnya, enam sungai besar dan 24 anak sungai di Kebumen meluap. Tanggul Sungai Kemit di Kecamatan Adimulyo jebol sepanjang 30 meter, sedangkan tanggul Sungai Jatinegara di Kecamatan Buayan jebol sepanjang tiga meter. Hal itu menyebabkan lebih dari 7.000 hektar dari 39.000 hektar sawah irigasi teknis di Kebumen terendam banjir. Setengah dari areal itu baru ditanami padi. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kebumen Djoenaedi Faturrahman mengatakan, lebih dari 1.900 hektar sawah itu dipastikan gagal tanam. Langkah awal untuk menyelamatkan persawahan, menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kebumen Muhyidin, Pemkab Kebumen dan Balai Besar Serayu Opak bekerja sama untuk menambal tanggul dan talud yang jebol dengan kantong pasir. (HEN/MDN) Post Date : 27 Oktober 2010 |