TRENGGALEK- Kota penghasil kripik tempe ini kembali dilanda banjir, kemarin (23/5). Kali ini menerjang 16 desa di dua kecamatan yakni Kampak dan Gandusari. Banjir bandang di dua kecamatan itu terjadi dalam waktu yang berbeda. Di Kecamatan Kampak terjadi sekitar pukul 20.00, di Gandusari sekitar pukul 01.00. Tak pelak hal ini membuat 16 desa dan puluhan ribu hektar sawah terendam, selain itu rumah penduduk dan beberapa fasilitas umum (fasum) rusak berat.
Berdasar pantauan dan informasi yang diterima Radar Trenggalek, penyebab banjir bandang itu diduga dari luapan Sungai Tawing yang membelah dua kecamatan tersebut tak mampu menampung debit air hujan.
Hujan deras yang berlangsung empat jam tersebut juga membuat tiang jembatan di Desa Bogoran, Kampak nyaris putus, sehingga tidak bisa dilewati roda empat. Selain itu, yang lebih parah lagi, arus lalu lintas Kampak-Mujungan sempat lumpuh. Pasalnya ada delapan titik longsoran yang menimbun sebagian jalan utama menuju ke wilayah selatan Trenggalek tersebut.
Namun sekitar pukul 09.00 kemarin (24/5) arus lalu lintas Kampak-Munjungan kembali normal, itu setelah Pemkab Trenggalek mendatangkan alat berat untuk menyingkirkan tanah dan batu yang menutupi jalan.
Menurut Kepala seksi kesejahteraan rakyat (Kesra) Kecamatan Kampak, Winarsih, kronologi banjir bandang ini diawali hujan deras mulai pukul 15.00 hingga 18.00. Hujan itu merata di tujuh desa di Kecamatan Kampak. "Hujan yang terjadi tidak disertai angin dan petir," ujar wanita berkerudung.
Lanjut dia, selang dua jam dirinya menerima informasi jika Sungai Tawing meluap dan mengakibatkan 7 desa terendam. Keesokan harinya pihaknya mensurvey ke sejumlah desa yang terkena banjir. Hasilnya, di Desa Bogoran ada 44 kepala keluarga (KK) yang teredam, Sugihan 54 KK(172 jiwa),Ngadimulyo 8 KK (28 jiwa) serta delapan rumah warga teken longsoran yakni Sukemi,Nyaman,Paiton,Misni,Panijan,Ngadira,Wugu.
Sementara di Desa Senden, Bendoagung, Timahan, Karangrejo belum ada data pasti berupa rumah yang terendam. "Kami masih menunggu laporan masing-masing kepala desa,"paparnya.
Dia mengatakan, selain diterjang banjir, di Desa Ngadimulyo juga terjadi longsor. Akibatnya, jalur Kampak ke Munjungan sempat tidak bisa dilewati roda empat. Karena ada batu besar tepat di tengah badan jalan di Desa Ngadimulyo.
Kini pemerintah kecamatan masih mendata kerugian yang dialami. Untuk sementara data yang berhasil dihimbun, kerugian mencapai Rp 108 juta. Itu meliputi rumah hancur dan jalan rusak. "Kemungkinan kerugian ini bisa bertambah lagi, karena sejumlah desa belum melaporkan ke kantor Kecamatan Kampak," katanya.
Sedangkan Camat Gandusari, Surojo menyatakan, banjir bandang di Kecamatan Gandusari terjadi sekitar pukul 01.00. Banjir yang disebabkan air sungai Tawing meluap dan hujan yang mengguyur selama lima jam tersebut mampu merendam rumah penduduk di sembilan desa. Sebenarnya, sebelum banjir tersebut datang, pihaknya mendapat informasi dari Kecamatan Kampak. "Sekitar pukul 21.00 kami diberi informasi jika Sungai Tawing meluap, kami diminta waspada," katanya.
Surojo menambahkan, kini pemerintah desa masih mendata kerugian akibat bajir."Kami belum bisa memastikanjumlah kerugian secara materi," tegasnya. Dengan alasan, sejumlah desa belum melaporkan data kerugian yang di alami warga. Surojo menegaskan yang lebih penting pasca bencana yakni memberi makanan bagi warga. Karena sebagian besar tidak warga belum bisa memasak. Nah, untuk itu kemarin dibangun dapur umum di daerah korban banjir. (din/and)
Post Date : 25 Mei 2010
|