BULUKUMBA(SI) – Banjir bandang yang melanda Kabupaten Bulukumba merenggut korban jiwa.Museng, 70,tewas terbawa arus deras yang meluap ke areal tambak di Kelurahan Kalumeme,Kecamatan Ujung Bulu,kemarin.
Menurut penuturan Rudi, warga Desa Kalumene, korban yang merupakan warga Desa Salemba,Kecamatan Ujung Loe, ketika itu hendak memperbaiki tambaknya yang jebol karena diterjang banjir. Namun, perahu kecil yang ditumpanginya oleng dihantam derasnya arus sungai yang ada di daerah tersebut. Kakek ini pun tercebur ke dalam pusaran air di sungai tersebut.
Warga Desa Kalumene pun langsung berusaha menolong korban. Warga dan keluarga korban mencarinya hingga lima jam. Namun, korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.Keluarga korban pun langsung membawa mayat korban ke rumah sakit untuk divisum. “Adanya perahu tersebut dan orangnya tidak ditemukan mengakibatkan warga curiga.Kemudian salah seorang warga memanggil warga lainnya untuk mencari korban,”kata Rudi.
Dalam kejadian ini, warga tampak panik dan meminta bantuan pihak terkait.Tetapi, hingga korban ditemukan, tak satu pun pihak terkait tiba di lokasi kejadian.“ Keluarga korban menyayangkan petugas yang tak satu pun datang ke lokasi, meski sudah dihubungi sesaat setelah kejadian,” ujar keluarga korban yang minta namanya tidak disebutkan.
Sebelum terjadi banjir, hujan deras mengguyur Kota Bulukumba dan sekitarnya. Akibatnya, beberapa sungai yang ada di daerah ini meluap. Luapan air ini merendam puluhan hektare tambak milik warga. Selain itu, mengakibatkan jalan-jalan desa terputus dan menggenangi sejumlah ruas jalan di daerah berjuluk Bumi Panrita Lopi ini.
Luapan banjir juga terjadi di Sungai Bialo yang melintas Desa Bialo,Kecamatan Gantarang.Akibatnya, ratusan warga Dusun Mattoanging, Desa Bialo,kembali terisolir setelah jalan menuju dusun itu terputus. “Banjir yang merendam sejumlah ruas jalan disebabkan tingginya volume air yang tidak mampu tertampung di saluran air karena mengalami pendangkalan dan tersumbat sampah warga sekitar,” ungkap Kabag Humas Pemkab Bulukumba Daud Kahal kemarin. Dia mengatakan, kondisi ini sudah dibenahi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, tapi belum semuanya dibenahi karena terkendala anggaran yang minim.
25 Rumah Warga Terendam Banjir
Sementara itu, Sungai Balang Malino di Kampung Lebong,Desa Lonjoboko, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, juga meluap setelah daerah ini diguyur hujan deras sejak Selasa (13/7) malam hingga kemarin. Akibatnya, 25 rumah warga yang berada di bantaran sungai itu terendam banjir. Ketinggian air yang merendam rumah tersebut mencapai dua meter.Tak hanya itu, genangan air juga merendam sekitar 20 hektare (ha) sawah milik warga.
Camat Parangloe HM Saleh Saud mengatakan, genangan air pascahujan deras kemarin semakin tinggi,sebab aliran sungai makin menyempit. Hal ini imbas tertimbunnya sedimen eks longsoran Gunung Bawakaraeng yang menumpuk di muara Sungai Balang Malino dan Sungai Jeneberang. Apabila tumpukan sedimen yang menghambat aliran sungai itu dikeruk, tidak akan terjadi luapan sehebat itu.
Sebab tahuntahun sebelumnya, tidak pernah terjadi luapan besar Sungai Balang Malino. “Sebagai pemerintah kecamatan, saya berharap segera ada pengerukan. Jika tidak, genangan akan lebih besar melebihi sekarang ini dan tentu berdampak ke warga,”ungkapnya kemarin. Akibat banjir tersebut diperkirakan kerugian warga mencapai Rp100 juta.
Hanya, pemerintah kecamatan masih terus mendata kerugian warga,lantaran hujan tersebut memungkinkan terjadi bencana longsor.“Karena itu, saya akan pantau dulu ke sejumlah titik rawan,”ucapnya. Dua pekan lalu,Sungai Balang Malino pernah meluap. Akibatnya, 10 rumah terendam dan warga harus mengungsi hingga tiga hari. “Sekarang jumlah rumah yang terendam meningkat, genangan melebar.
Kalau dulu ketinggian air hanya satu meter, sekarang sudah dua meter,”paparnya. Wakil Bupati (Wabup) Gowa Abd Razak Badjidu setelah mendapat laporan dari Camat Parangloe sekitar pukul 08.30 Wita,langsung menuju lokasi genangan di Desa Lonjoboko. Abd Razak mengimbau warga Kecamatan Parangloe mewaspadai bencana longsor dan banjir. “Segera mengungsi ke tempat aman dan melapor ke pemerintah setempat jika mengalami gejalagejala bencana.
Meski belum ada pernyataan resmi dari lembaga terkait tentang kondisi pergerakan sedimen eks Bawakaraeng, atas nama bupati, saya mengimbau masyarakat utamanya yang berada di DAS (daerah aliran sungai), tetap hati-hati, meski pergerakan sedimen dari hulu ke hilir tetap dalam kondisi normal,” tutur Wabup.
Sebelumnya,Balai Besar Wilayah Sungai Jeneberang Pompengang melalui PPK Jeneberang Haeruddin C Maddi, menginformasikan bahwa kondisi pergerakan sedimen masih normal. Hal itu disebabkan fungsi sabo dam sudah efektif. (baharuddin/herni amir)
Post Date : 15 Juli 2010
|