Banjir Bandang, Solo Terendam

Sumber:Suara Merdeka - 27 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SOLO- Kota Solo bagian timur tenggelam. Ribuan rumah di sepuluh kelurahan di tiga kecamatan terendam setinggi 60 cm hingga 2 meter, menyusul meluapnya Sungai Bengawan Solo, Rabu (26/12).

Sungai itu tidak mampu menampung air hujan kiriman dari berbagai daerah, seperti Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri, setelah sejak Selasa malam hingga Rabu pagi, terus-menerus diguyur hujan.

Kelurahan-kelurahan yang terendam di Kecamatan Jebres adalah Kelurahan Jagalan, Jebres, Kampung Sewu, Gandekan, dan Pucang Sawit. Kelurahan Sangkrah, Semanggi, dan Joyosuran di Kecamatan pasar Kliwon dan Kelurahan Joyontakan di Kecamatan Serengan. Banjir di Joyontakan paling parah dibanding kelurahan lainnya. Pasalnya tanggul di wilayah itu jebol dan pompa air sudah tidak lagi berfungsi.

Selain menenggelamkan ribuan rumah dan merusak berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, banjir yang diduga terbesar setelah tahun 1966 itu juga menutup akses keluar dari pusat Kota Solo ke beberapa kabupaten, seperti Sukoharjo dan Wonogiri.

Hingga kini Pemkot Surakarta belum bisa menaksir jumlah kerugian akibat bencana itu. Kepala Dinas Pekerajaan Umum (DPU) Budi Yulistianto mengatakan untuk mengantisipasi banjir tidak bertambah, pihaknya terus berusaha mengendalikan air dari pintu air di Demangan.

Pintu air di Kecamatan Jebres itu satu-satunya yang masih berfungsi. Pengendalian dilakukan dengan melihat kondisi atau elevasi air. Saat ini ketinggian air di dalam kota yang menggenangi rumah sudah setinggi 4,9 meter, sedang ketinggian air di Sungai Bengawan Solo sudah mencapai 7 meter. ''Air di dalam kota tidak bisa dipompa dan dibuang ke sungai. Sebab ketinggian air di sungai jauh lebih tinggi dibanding di kota,'' tandas Budi.

Diperkirakan banjir itu akan berlangsung lama. Dari ramalan Badan Meterologi dan Geofisika, dalam dua hari ini hingga 28 Desember mendatang di Pulau Jawa bagian tengah dan selatan akan terus diguyur hujan dan dan angin topan. ''Solo dan sekitarnya juga menjadi bagian yang akan diguyur hujan.''

Warga di wilayah Kaliwingko barat yang masih berada di kawasan RW I Joyontakan mengeluhkan ketiadaan bantuan perahu untuk evakuasi barang. Sejak pukul 07.00 air di kawasan itu terus meninggi.

''Kami sangat membutuhkan perahu atau alat lain untuk memindahkan barang-barang kami. Tapi sejak siang ini tadi tidak ada satu pun yang mengirimnya ke sini, meski kami sudah laporan,'' kata Sentot Joko, Warga RT 4 RW 1 Kelurahan Joyontakan.

Perahu Karet

Lantaran ketiadaan peralatan, warga menggunakan peralatan seadanya, seperti ban karet, tong, ember dan papan kayu. ''Kami hanya berharap hujan tidak turun lagi sampai air surut,'' kata Ny Lasmi, warga RT 1 RW 1 Joyontakan.

Sementara siang hari, Tim SAR UNS menerjunkan dua perahu karet di RW 5 kelurahan setempat. Sentot Subroto, koordinator tim mengatakan, pihaknya menurunkan 40 anggotanya untuk melakukan evakuasi.

Sementara itu puluhan korban banjir dirawat di RS Kustati. Sebagian besar pasien mengalami depresi dan luka-luka ringan. Menurut petugas IGD, Tri, perawatan dilakukan sejak pagi, namun pihaknya belum melakukan pendataan secara rinci.

"Sejak pagi kami sudah menerima pasien korban banjir, kebanyakan berupa luka ringan dan depresi atau shock. Setelah diberi pengobatan, mereka kembali ke lokasi pengungsian," jelasnya.

Hingga saat ini yang terdata ada sekitar 15 orang pasien berasal dari sekitar Kecamatan Pasarkliwon, Serengan, Solo dan sebagian Kecamatan Grogol, Sukoharjo. Sejumlah pasien sebenarnya membutuhkan rawat inap namun keluarganya menolak.

"Ada sekitar lima pasien yang seharusnya menjalani rawat inap ke RSUD Dr Moewardi karena mengalami depresi berat dan patah tulang. Namun keluarga menolak dan memilih untuk tetap bersama keluarga di pengungsian.'' (G8,G13,J6-50,77)



Post Date : 27 Desember 2007