PALEMBANG (SI) – Banjir bandang yang melanda sejumlah titik di wilayah Kota Palembang mulai menelan korban jiwa.Kemarin,seorang balita, Rehan, 5, tewas tenggelam di dekat kediaman orangtuanya di Jalan Putri Dayang Rindu, RT 04/01, Keramasan,Kecamatan Kertapati. Anak kedua pasangan suami istri Budi Utomo dan Meta itu menghilang sejak pukul 10.30 WIB dan baru ditemukan warga empat jam kemudian,dalam keadaan tak bernyawa.
Siti Mariyam, ibu asuh korban mengungkapkan, jenazah korban ditemukan sekitar pukul 13.30 WIB. Saat ditemukan kaki korban terhimpit di anak tangga samping rumah Siti Mariyam,yang berseberangan dengan rumah korban. “Saya hanya melihat kaki kiri Rehan muncul di permukaan air. Sedangkan tubuh, tangan dan kepalanya berada di dalam air sungai Keramasan,” ungkap Siti kepada Seputar Indonesia di rumah duka kemarin.
Budi Utomo, ayah korban ditemui di rumah duka kemarin mengaku tidak pernah menyangka usia putra keduanya itu begitu singkat. “Rehan anak baik. Dua hari terakhir, setiap pagi sebelum saya berangkat kerja selalu berpesan agar saya tidak usah bekerja. Dia meminta agar saya menemaninya ke TPA Keramasan dan memancing ikan,”kenang Budi sedih.
Meski begitu Budi Utomo mengaku ikhlas atas kepergian Rehan.”Kami sekeluarga ikhlas meski anak kami harus pergi begitu cepat,”ujarnya. Rencananya, jenazah Rehan dimakamkan hari ini, Rabu (3/3) sekitar pukul 14.00 WIB,di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Telaga Sewidak, Kecamatan Seberang Ulu II,Palembang.
Jalan ke Pulokerto Putus
Sejak dua pekan terakhir aktivitas warga di kawasan Pulokerto, Gandus, Palembang, lumpuh total. Kondisi ini dipicu putusnya akses jalan sepanjang 5 Km menuju kawasan agropolitan itu akibat banjir luapan Sungai Musi. Akibatnya, tak kurang 617 kepala keluarga (KK) dari tujuh rukun tetangga (RT) di Pulokerto harus menggunakan perahu dalam beraktivitas.
Pasalnya, kendaraan roda dua maupun roda empat praktus tidak bisa lewat lantaran ketinggian air mencapai 1 meter. Pantauan harian Seputar Indonesia, banjir bandang di wilayah ini sebenarnya tidak terlalu merendam rumah warga. Sebab kebanyakan warga sudah menggunakan rumah bertiang tinggi.
Namun demikian, empat sekolah dasar yakni SD Negeri 172, 173 dan 174 terpaksa diliburkan lantaran terendam air hingga pinggang orang dewasa. Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra kemarin turun langsung ke lapangan. Akibat sulitnya warga beraktivitas dengan jalur darat,wali kota akhirnya menginstruksikan mengirimkan bantuan beras untuk 617 KK di Pulokerto masing-masing sekitar 20 Kg.
Selain mengirimkan bantuan beras, Eddy menegaskan, pihaknya juga segera mengirimkan bantuan mi instant.Menurut Edy banjir yang melanda beberapa kecamatan di Palembang sudah bukan barang baru. Ini lantaran Palembang memang merupakan kota sungai. Untuk itu Edy meminta instansi terkait segera membuat mappinglokasi yang rawan banjir. “Saya minta camat, lurah dan instansi terkait memasang tanda seperti patok di titik banjir.
Jadi yang sudah ditandai itu artinya rumah atau sekolah harus direhab dan ditinggikan. Sehingga,saat musim hujan datang,aktivitas belajar tak terganggu karena air tidak masuk ke ruangan kelas,”jelasnya. Eddy mengatakan banjir di Palembang ini merupakan kiriman dari kabupaten tetangga di sekitar Kota Palembang.
Sehingga membuat debit air di Kota Palembang lebih tinggi dari biasanya. Sementara itu Camat Gandus Sadaruddin mengatakan,banjir di Pulokerto tahun ini memang lebih besar dibandingkan tahun lalu. “Kita harapkan banjir segera surut agar warga bisa kembali memakai akses darat dan anak-anak bisa kembali sekolah,”terangnya.
8,6 Juta Hektare Lahan Kritis
Banjir tidak hanya memutus akses tetapi juga mengancam jutaan hektare lahan di Sumsel. Data Balai Pengelolah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kementerian Kehutanan Sumsel mengungkapkan, saat ini sekitar 8,6 juta hektare lahan di Sumsel kondisinya kritis, bahkan 45% di antaranya sangat kritis. Ini lantaran lahan tersebut berada di daerah aliran sungai (DAS) yang semuanya bermuara ke Sungai Musi.
Kondisi lahan yang kritis ini mengacu data terakhir tahun 2009 yang umumnya akibat ulah manusia. “Dari pengamatan kami kerusakan lahan itu disebabkan manusia. Misalnya illegal logging,perambahan hutan, perubahan fungsi hutan serta kegiatan pertambangan,” ujar Kepala Balai Pengelolah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kementerian Kehutanan Sumsel M Nasrun. (komalasari/ yayan darwansyah)
Post Date : 03 Maret 2010
|