Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah di Cipatujah

Sumber:Pikiran Rakyat - 27 Juli 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

TASIKMALAYA, (PR).- Akibat hujan yang turun terus-menerus sejak Jumat hingga Sabtu (25/7), ratusan rumah warga di wilayah Kec. Karangnunggal, Kec. Bantarkalong, dan Kec. Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya terendam.

Meski Minggu (26/7) kemarin warga mulai beraktivitas normal, fasilitas umum seperti jembatan gantung di Desa Pameutingan, Babakan Iray, Kec. Cipatujah, hingga Minggu kemarin masih rusak parah dan belum bisa digunakan.

Akibat terputusnya jembatan penghubung Desa Pameutingan dengan Desa Sodong itu, masyarakat kedua desa terpaksa menggunakan jalan lama atau memutar arah dengan jarak tempuh sekitar dua kilometer lebih untuk keluar dari desanya.

Selain jembatan gantung, ratusan kolam di Desa Pameutingan dan sekitar sepuluh hektare lahan sawah baru tanam di Desa Bantarkalong pun rusak parah dan belum bisa ditanami apa pun. Tiga rumah di Desa Naggrok pun turut rusak diterjang banjir.

Menurut Camat Cipatujah Nazmudin Aziz, diperkirakan kerugian yang diderita warga di Kec. Cipatujah sekitar Rp 150 juta. Hingga saat ini, aparat desa bersama masyarakat tengah melakukan evakuasi dan pembersihan pascakebanjiran itu. Bukan hanya evakuasi, kata Nazmudin, Minggu, pihaknya bersama warga melakukan aksi sosial penghijauan atau penanaman pohon di sepanjang Pantai Cipatujah.

"Itu kami lakukan untuk mengantisipasi terulangnya bencana kebanjiran seperti kemarin. Kami sangat berharap bantuan pemerintah untuk perbaikan jembatan secepatnya. Soalnya, kasihan anak-anak SD, mereka harus berjalan jauh untuk ke sekolah. Jembatan itu sebagai nadi mereka dan sehari-harinya dipakai orang dan sepeda motor yang berjualan atau sekolah dan lainnya," ucap Aziz, Minggu (26/7).

Banjir besar dan mendadak itu, diakui Aziz adalah yang baru pertama kali terjadi pada tahun ini. Selain itu, Aziz menduga banjir akibat Sungai Ciwulan meluap karena tak kuat menampung air yang mengalir dari hulu ke hilir sungai tersebut.

Sementara itu, dampak positifnya, akibat kejadian itu masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga alam, seperti tidak menggunduli hutan dan tidak menanam di tanah miring.

"Ya, mereka mulai sadar dan kini mereka giat melakukan penghijauan, membersihkan selokan atau irigasi yang tersumbat, juga membersihkan sawah-sawah dari sampah. Sejak kejadian itu, juga sudah diperintahkan kepada aparat dan kepala desa untuk ke depan melakukan persiapan dan antisipasi agar kejadian itu tidak terulang kembali," ujarnya.

Perajin gula

Banjir bandang juga menyisakan masalah bagi sejumlah perajin gula merah di wilayah tersebut. Saung gula atau tempat membuat gula yang ada di sekitar aliran Sungai Ciwulan di Desa Cidadap, Kec. Karangnunggal, hanyut terbawa arus, termasuk semua perabotan yang ada di saung tersebut.

Kejadian banjir bandang tersebut cukup mengejutkan warga, mengingat di lokasi perkampungan warga tidak terjadi hujan deras. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun warga yang mengira akan terjadi banjir bandang. Untuk itu, tidak ada seorang pun warga yang berupaya untuk menyelamatkan perabotan yang ada di saung gula, termasuk di rumahnya. Maka, ketika air sungai meluap, semua perabotan yang ada di saung hanyut dan warga hanya bisa gigit jari.

Menurut Misro (32), pemilik tempat membuat gula, saat itu dirinya beserta warga lainnya sedikit pun tidak menyangka akan terjadi banjir sehingga tidak ada satu pun perabotan dari saungnya yang diselamatkan.

"Sadayana seep kacandak cai, nu aya teh mung pongkor (tempat nira kelapa-red.) nu aya dina tangkal kalapa we, nu di handap mah sadayana seep, katut gula nu can janten dina hawu oge kacandak cai sareng katelna," ujarnya. (A-14)



Post Date : 27 Juli 2009