Banjir Bandang Landa Aceh Utara

Sumber:Jurnal Nasional - 25 Januari 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SEJUMLAH kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dilanda banjir bandang kendati tidak ada hujan di kawasan itu dalam beberapa hari terakhir. Banjir diduga kuat datang akibat hujan di dataran tinggi Aceh seperti Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Ketua PMI Ranting Matangkuli, Usman Nur, mengatakan, banjir mulai datang ketika masyarakat sedang shalat Subuh. Air bah datang dengan cepat hingga warga tidak sempat menyelamatkan harta benda. "Ketinggian air mencapai satu meter masuk ke rumah warga. Ini kejadian kedua dalam Januari," katanya kepada Jurnal Nasional, Senin (24/1).

Akibat terjangan air, warga di puluhan desa di Kecamatan Matangkuli, Pirak Timu, Tanah Luas, Paya Bakong, dan Langkahan, terpaksa mengungsi ke meunasah (surau). PMI dan pemerintah setempat tidak mendirikan tenda darurat karena banjir diperkirakan tidak akan berlangsung lama. "Biasanya, dalam waktu tiga atau empat jam, banjir sudah surut, kecuali hujan turun di Aceh Utara," ucap Usman.

Cuaca di Aceh Utara dan sejumlah daerah di pesisir Aceh sampai Senin sore (24/1) cukup cerah. Sejumlah desa di Matangkuli yang terkena banjir parah adalah Alue Tho, Tumpok Barat, Meuria, Hagu, Alue Entok, Parang Sikureung, Tanjong Haji Muda, dan sejumlah desa lain. Sedikitnya, banjir melanda 13 desa di Matangkuli, enam desa di Kecamatan Pirak Timu, empat desa di Kecamatan Paya Bakong, lima desa di Kecamatan Tanah Luas, dan sejumlah desa lain di Langkahan.

Usman meminta pemerintah daerah serius mengatasi ancaman banjir di Aceh Utara dengan normalisasi alur sungai dan membangun waduk. "Jangan berkilah tidak ada dana. Program dulu dibuat, dana bisa dialokasikan di APBD provinsi bahkan di APBN."

Gelombang Tinggi


Di Kota Padang, angin kencang dan gelombang tinggi terus mendera hingga banyak nelayan memilih tidak melaut. Harga ikan di pasaran pun naik. "Kami memilih tidak turun keluat melihat cuaca seperti ini, daripada jadi korban, lebih baik memilih selamat," kata Gustedi di Pantai Purus Padang Barat Kota Padang, Senin (24/1). Gustedi mengatakan, jika satu hari nelayan tidak melaut tentu mengalami kerugian. "Tapi biarlah rugi dan menutupi kebutuhan dari mengutang ketimbang nekat."

Aksi tidak turun ke laut seperti mogok saja, sekitar 200 perahu nelayan ditambatkan. "Kalau dilihat sepintas memang sepeti mogok melaut, tapi ini murni faktor cuaca buruk," kata Saleh, nelayan di kawasan Pantai Purus.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tabing Padang memprediksi anomali cuaca di Padang berlangsung sampai awal Februari.

"Kami sudah mengeluarkan peringatan kepada nelayan di banyak lokasi pemukiman berhati-hati terhadap tren cuaca berubah-ubah tanpa bisa dipastikan. Kami tidak ingin ada korban akibat anomali cuaca ini," kata staf BMKG Tabing Padang Amarizal.

Kepala BPBD Padang Dedi Hanidal mengatakan, bersyukur tak ada korban dalam cuaca ekstrem kali ini. "Kami belum menerima laporan ada korban akibat anomali cuaca itu. Namun, petugas selalu disiagakan untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan seperti nelayan hilang diterjang gelombang tinggi, atau masyarakat hanyut terseret gelombang pantai." Ayi Jufridar/ Adrian Tuswandi



Post Date : 25 Januari 2011