|
PADANG – Banjir bandang yang meredam ratusan rumah dan 1.200 jiwa mengungsi di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (24/7) malam, diduga akibat illegal logging atau pembalakan liar. Wali Kota Padang Fauzi Bahar mengatakan, banjir yang melanda lima kecamatan di Kota Padang diduga kuat akibat aktivitas penebangan liar, terutama di perbukitan sekitar lokasi kejadian banjir. Menurut dia,saat banjir datang tampak ada beberapa pohon besar,serta bekas pohon ditebang yang dihanyutkan air. “Inilah akibatnya hutan ditebang secara liar, banjir bandang melanda Kota Padang,” katanya kemarin. Fauzi menduga perambahan hutan di Kota Padang dilakukan oknum untuk mencari keuntungan, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Karena itu,bila warga ada yang menemukan atau melihat pelaku menebang hutan tanpa izin, segera melapor ke pihak kepolisian. “Pemkot Padang tidak memberikan izin kepada pengusaha yang melakukan penebangan di kawasan hutan lindung,”tegasnya. Dia mengaku sangat miris melihat kondisi hutan,di mana lebih kurang 20% luas hutan di Kota Padang telah mengalami kerusakan, terutama akibat maraknya pembalakan liar. “Dari jumlah total lahan hutan mencapai 12.000 hektare,20% luas hutan di daerah itu telah mengalami kerusakan, terutama akibat maraknya pembalakan liar,”katanya. Dikatakannya, kondisi hutan yang terparah akibat pembalakan liar berada di enam kecamatan, yakni Pauh, Koto Tangah, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Bungus, serta Teluk Kabung. “Kita akan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian, di samping membentuk tim pengawas pembalakan liar,”tambahnya. Seperti diketahui, banjir bandang menerjang Kota Padang pada Selasa malam, dipicu terjangan badai dan hujan deras sejak sore. Puncaknya, sekitar pukul 18.30 WIB, air mulai meluap di hulu Sungai Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan dan hulu Sungai Batang Kuranji,Kecamatan Kuranji. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Barat Syaiful Khaliq mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia,banjir di Kota Padang akibat pembalakan liar yang hingga saat ini masih berlangsung di hulu Sungai Batang Kuranji. ”Praktik ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu, bahkan tidak berkurang sama sekali, meski hutannya terus digunduli,” kata Syaiful. Material kayu dan lumpur yang dibawa banjir, menurut Syaiful,menjadi bukti dampak dari pembalakan tersebut.Hutan yang gundul juga menjadi pemicu longsor. Menurut catatan Walhi Sumbar, dari 65% kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi di Sumbar, 50% di antaranya sudah habis dibabat pembalak liar. “Jika tidak cepat dihentikan maka dipastikan bencana serupa yang lebih besar bukan tidak mungkin akan terjadi di masa depan,”tegasnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan 1.200 warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. “Tim terus mengevakuasi warga ke tempat yang lebih tinggi,”ujar Sutopo. Daerah yang terlanda banjir bandang yakni Ilir Sungai Lubuk Kilangan sampai Ujung Tanah, Seberang Padang, Batang Anai. Sekitar Sungai Kurao Pagang, Perumahan di Banda Gadang Gunung Pangilun, Bantaran Hulu sampai Hilir Sungai Batang Kuranji meliputi daerah Limau Manis, Kuranji,Siteba. okezone/ant Post Date : 26 Juli 2012 |