Pidie, Kompas - Tujuh orang dipastikan tewas dan delapan lainnya belum ditemukan setelah banjir bandang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam, Kamis (10/3) malam. Banjir juga menghancurkan 100-an rumah dan membuat jalur Provinsi Kabupaten Pidie-Meulaboh terputus total.
Belum ada data pasti mengenai jumlah korban tewas. Namun, hingga Jumat malam, baru tujuh korban ditemukan. ”Kami tegaskan, korban meninggal tujuh orang, dan delapan masih dicari,” kata Komandan Kodim Pidie, Letkol Inf Teguh Wiyanto.
Jenazah korban yang sudah ditemukan rata-rata terbenam dalam lumpur, bebatuan, dan tumpukan potongan kayu gelondongan. Korban-korban yang belum ditemukan diperkirakan masih terkubur dalam tumpukan material.
Saat kejadian, yakni sekitar pukul 20.30, mereka terseret air dan material lainnya setinggi dua meter. Banyak korban yang terseret bersama dengan rumah yang mereka tempati.
Banjir juga menyebabkan delapan jembatan yang menghubungkan desa-desa di Kecamatan Tangse putus. Ada lima desa yang kini terisolasi akibat putusnya jembatan-jembatan itu, yakni Peunalom Sa, Peunalom Dua, Layan, Blang Jrat, dan Blang Dalam terisolasi.
Sekretaris Camat Tangse, Muhammad Jafar, mengungkapkan, ada 11 desa yang terkena banjir bandang. ”Rumah-rumah yang terkena banjir semuanya hancur. Banyak yang terbawa arus dan hilang. Kini warga yang selamat sudah mengungsi,” ujar Jafar.
Menurut Jafar, banjir disebabkan curah hujan tinggi yang turun dalam lima hari terus-menerus di wilayah Pidie, khususnya di kawasan perbukitan Gunung Halimon. Volume air yang terkumpul itu lalu memenuhi badan Blang Panda yang bersumber di perbukitan yang terletak 75 kilometer arah barat daya kota Sigli (ibu kota Pidie), atau sekitar 210 kilometer arah tenggara Kota Banda Aceh itu.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang mendatangi lokasi hingga malam, memastikan penyebab banjir adalah pembalakan liar. ”Ini karena illegal logging. Catat ini,” tegas dia.
Masih harus diwaspadai
Di Boyolali, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati mengingatkan, cuaca ekstrem masih perlu diwaspadai sampai dengan akhir Maret. ”Hujan dan angin masih mungkin terjadi, terutama di wilayah Jateng bagian tengah dan selatan,” katanya.
Di Tegal, Brebes, Pemalang, dan Pekalongan, potensi banjir dari sembilan sungai juga masih harus diwaspadai. (HAN/UTI/WIE)
Post Date : 12 Maret 2011
|