JEMBER, KOMPAS - Hujan deras dan angin kencang mengakibatkan banjir bandang dan tumbangnya pohon perindang jalan, masing-masing di Kabupaten Jember, Jawa Timur, dan Solo, Jawa Tengah, Jumat (4/3). Bencana di dua tempat berbeda tersebut mencederai empat warga.
Tiga di antara korban merupakan perempuan usia lanjut yang berusaha menyelamatkan diri dari terjangan banjir bandang di Desa Pakis, Kecamatan Panti, Jember. Mereka adalah Ny Misnayah, Ny Taufik, dan Ny Jumarto. Ketiga perempuan itu mengalami luka memar dan lebam pada bagian paha dan kaki akibat terjangan bebatuan dan potongan dahan pohon yang terbawa air dari Pegunungan Argopuro.
Satu korban lainnya, Arif Nurdianto (22), warga Manahan, Solo, Jawa Tengah, mengalami luka pada perut sebelah kiri karena tertimpa dahan pohon trembesi yang tumbang. Mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Solo tersebut harus dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo.
Banjir bandang
Hujan deras yang mengguyur lereng Pegunungan Argopuro sejak Jumat sore hingga tengah malam menyebabkan beberapa dusun di Desa Pakis, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur, diterjang air bah. Satu rumah warga roboh.
Guna menyelamatkan diri, tiga perempuan berusia rata-rata di atas 60 tahun berjalan ke luar rumah. Namun, tanpa diduga, saat berjalan tertatih-tatih, mereka terkena terjangan air bah.
Satuan tugas penanggulangan bencana dari Badan Kesatuan Bangsa dan Palang Merah Indonesia segera terjun ke lokasi untuk memberikan pertolongan. ”Sekitar pukul 19.00, kami dapat kontak dari atas, air sungai membesar. Warga di bawah diminta hati-hati,” ujar Ma’ruf, warga Dusun Kemundungan, Desa Pakis.
Informasi mengenai banjir yang diterima warga itu kemudian berlanjut menjadi pengumuman resmi kepada warga melalui rumah ibadah. Warga setempat trauma atas kejadian banjir bandang tahun 2006 yang menelan korban jiwa hampir 100 orang.
Direktur Produksi Perusahaan Daerah Perkebunan Sudarisman menambahkan, beberapa keluarga pekerja kebun meninggalkan rumah dinas untuk mencari lokasi yang lebih aman. Sebanyak 46 keluarga dilaporkan mengungsi.
Air bah tersebut bercampur lumpur dan kayu lapuk, yang awalnya menyusur alur sungai. Namun, karena terhalang jembatan yang menghubungkan Dusun Campaka dengan Dusun Kemundungan, air kemudian meluap sampai ke luar jalur.
”Air mengalir ke jalan utama sebelum menerjang rumah warga dan kandang ternak. Sekitar 4 hektar sawah penduduk dipenuhi batu dan pasir,” ungkap Ma’ruf.
Sementara itu, volume limpasan material vulkanik dari banjir lahar dingin di jalan raya Magelang (Jawa Tengah)-Yogyakarta berangsur susut. Ketebalan material yang sebelumnya 1-3 meter tinggal 1,5 meter. (SIR/EKI/EGI)
Post Date : 06 Maret 2011
|