|
BANDUNG----Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah perlu mewaspadai kehadiran banjir bandang mengandung material vulkanik yang terlepas dari tepi sungai. Peringatan itu disampaikan setelah Badan Meteoroligi dan Geofisika (BMG) meramalkan kedua provinsi itu akan mengalami peningkatan curah hujan dari November 2004 sampai Januari 2005. Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Dr Surono, mengatakan, setidaknya beberapa wilayah di Jatim dan Jateng, rawan terkena banjir bandang yang mengandung material vulkanik yang berada di tebing sungai. ''Pasalnya, material vulkanik itu berada di tepi sungai dan sifatnya mudah lepas ketika terkena aliran air. Dan yang patut diingat bahwa material vulkanik itu bukan produk baru dari letusan,'' ujar Surono, di Bandung, Selasa (7/12). Wilayah Jatim yang rawan terjadi banjir bandang, menurut dia, adalah Situbondo, Lumajang, dan Blitar. Sedangkan di Jateng adalah di kawasan yang berada di kaki Gunung Merapi, Cilacap, dan Purbalingga. Selain itu, material vulkanik lepas tersebut bukan hanya ada di tepi sungai saja, namun terdapat pula di tanah yang sudah gundul. Sehingga jika terkena tekanan air akan langsung lepas dan terbawa aliran air. Ia mencontohkan, jika tepi sungai yang terus menerus terkena tekanan arus sungai maka secara tidak langsung di bagian bawahnya akan membentuk lubang, hingga akhirnya tanah di bagian atasnya langsung terlepas jatuh ke sungai serta terbawa aliran sungai. ''Atau dapat dikatakan material vulkanik itu belum bersifat stabil hingga ketika terkena beban air, langsung terlepas dan terbawa banjir bandang,'' paparnya. Disamping itu, Surono juga mengingatkan adanya ancaman banjir bandang akan terulang kembali di beberapa wilayah Jateng dan Jatim yang sebelumnya pernah terkena musibah bencana alam itu. ''Setidaknya warga yang tinggal di kawasan gunung api itu, agar mewaspadai terjadinya banjir bandang akibat terlepasnya endapan vulkanik yang bukan merupakan produk baru letusan.'' Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, Basuki Hadi Mulyono, memastikan telah menerapkan sistem peringatan dini (early warning system) mengenai kemungkinan terjadinya banjir bandang kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang selama ini rawan banjir. ''Kita telah masukan sistem peringatan dini ke dalam prosedur operasi standar (SOP) kepada masing-masing Pemimpin Proyek Pengendalian Banjir dan Keselamatan Pantai,'' kata Basuki Selasa. Ia membantah apabila banjir bandang di DAS Brantas yang menimpa tiga kota di Jatim, yaitu Blitar, Kediri, dan Tulungagung yang mengakibatkan korban jiwa lebih dari 12 orang disebabkan tidak adanya sistem peringatan dini. Terkait hal itu, Basuki telah menugaskan Direktur Wilayah Tengah Sumber Daya Air, Joko Subarkah untuk melakukan investigasi apa yang menyebabkan banjir bandang sehingga sampai menimbulkan korban jiwa. ''Saya telah instruksikan untuk menyelidiki penyebab bencana, termasuk melakukan perbaikan yang sifatnya darurat sebagai penanganan sementara,'' kata Basuki. Saat terjadi banjir, menurut Basuki, personel yang ditempatkan di Bendungan Lodoyo, Blitar telah menginformasikan siaga tiga dan dua serta menginstruksikan kepada masyarakat yang tinggal disepanjang DAS Brantas untuk melakukan evakuasi. Laporan : ant Post Date : 08 Desember 2004 |