|
PEKALONGAN - Sungguh mengerikan. Musibah banjir dan longsor terjadi di mana-mana. Setelah Kampung Aceh Makakuning, Provinsi Batam, dilanda banjir bandang dan tanah longsor di Kota Batam, kini giliran Pekalongan, Jateng. Yang menyedihkan, musibah itu selalu membawa korban. Jika di Kampung Aceh dua orang tewas, tiga hilang, di Pekalongan enam orang hilang karena hanyut terbawa arus air yang sangat deras. Tak putus sampai di situ, longsor kemarin juga melanda Kota Batam. Sebanyak 33 rumah di RT 01 RW III Baloi Kolam diterjang longsor. Ratusan rumah lain terendam banjir. Peristiwa yang terjadi pukul 05.00 WIB itu meratakan dua rumah yang berdampingan dan merusak 31 rumah lainnya. Rumah tersebut milik keluarga Vera, 23, dan Lisda, 22. Tidak ada harta benda dua keluarga itu yang terselamatkan. Rumah mereka rata dengan tanah dan tinggal puing-puing. Hanya pakaian yang melekat di badan yang mereka miliki sekarang. Barang elektronik, seperti televisi, tertimbun reruntuhan tanah dan puing rumah. Bahkan, dokumen penting, seperti ijazah, juga tak terselamatkan. "Tidak sempat selamatkan barang karena tidak ada tanda-tanda. Tapi, yang penting kami selamat. Dua tahun lalu, rumah kami juga rata dengan tanah," ujar Vera. Sementara itu, dalam sehari, tepatnya Minggu lalu, enam warga Kabupaten Pekalongan dilaporkan tenggelam hingga tewas di lokasi yang berbeda. Berdasar data Kantor Kesbanglinmas setempat, kali pertama laporan kasus tenggelam datang dari Sungai Sengkarang, Dukuh Paesan Kelurahan Kedungwuni Barat, Kecamatan Kedungwuni. Nasa Arista Adi Wibowo, 9, pelajar kelas 3 SD Kedungwuni Barat, Minggu pukul 16.30 WIB hanyut terbawa arus sungai, tapi hingga Senin lalu korban belum ditemukan. Pada hari yang sama, di Sungai Pencongan, Desa Karangjompo, Kecamatan Tirto, yang juga merupakan terusan Sungai Sengkarang, Imam Turmudi, 18, dan Indanah, 17, keduanya siswa kelas 2 SMK Pekalongan, tenggelam di sungai. Awalnya, dua korban tersebut bersama temannya (belum diketahui identitasnya) warga Coprayan, Kecamatan Buaran, mandi bersama di sungai. Saat itu, tiba-tiba Indanah tenggelam dan Turmudi berusaha menolongnya. "Nahas, karena arus sungai yang deras, mereka tidak dapat menyelamatkan diri dan hanyut terbawa arus. Hingga hari ini, mereka belum ditemukan," ujarnya. Kasus tenggelam lain menimpa Abdullah bin Amat Nur, 70. Warga Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi, tersebut terpeleset ke sungai saat hendak buang air besar. Jenazahnya ditemukan hari itu juga. Selanjutnya, Senin 9 Januari lalu sekitar pukul 06.00 WIB, di sebuah saluran air Dukuh Takiyan, derah hutan pinus perbatasan antara Kecamatan Talun dan Doro, ditemukan dua mayat laki-laki yang pada awalnya tidak dikenal. Setelah dilakukan penyelidikan oleh Polres Pekalongan, ternyata identitas mayat tersebut masing-masing Zulmi Harto, 16, warga Perum Pisma Blok B /75 Kedungwuni; dan Adam Helmi, 16, warga Perum Pisma Blok I /17. Menurut Kapolres Pekalongan AKBP L. Latief, penyebab kematian mereka belum diketahui. Mayat akan diotopsi dr Gatot dari RS Dr Karyadi, Semarang. Hanya, menurut keluarga korban, kedua anak tersebut keluar rumah pada Minggu, 8 Januari sekitar pukul 19.30 WIB, dengan mengendarai sepeda motor. "Pada saat kami ke TPK, sepeda motor yang dipakai korban juga tidak ada. Karena itu, di samping menunggu hasil otopsi, kami juga masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini," tandas Latief. (gun/jpnn) Post Date : 11 Januari 2006 |