|
Jember, Kompas - Banjir bandang yang melanda Kecamatan Panti dan Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (2/1), menyebabkan sedikitnya 31 orang tewas dan tujuh lainnya hilang. Petaka yang diawali hujan lebat sejak Minggu malam ini juga menyebabkan sekitar 120 rumah hancur, enam jembatan terputus, sekitar 140 hektar sawah rusak, dan ratusan ternak hilang terbawa banjir yang disertai lumpur. Sekitar 300 penduduk Desa Kemiri, Kecamatan Panti, hingga Senin malam masih terjebak dan terisolasi karena jembatan di kawasan itu terputus. Tingginya air yang bercampur lumpur menyebabkan warga Kemiri tidak bisa menyeberangi sungai yang lebarnya sekitar 10 meter. Sekitar 1.900 korban banjir yang berhasil menyelamatkan diri mengungsi ke tenda-tenda darurat, bangunan sekolah dasar, dan rumah-rumah penduduk. Mereka tidak membawa barang apa pun karena air bah datang dengan sangat tiba-tiba. Menurut keterangan Kepala Desa Kemiri Sudik, hujan lebat sudah turun sejak hari Minggu sekitar pukul 17.00 dan air Sungai Kaliputih yang berhulu di Gunung Argopuro naik hingga satu meter. Namun, sekitar pukul 21.00 air sungai surut kembali sehingga penduduk yang akan mengungsi mengurungkan niat mereka. Tiba-tiba Senin dini hari, sekitar pukul 00.15, terdengar suara gemuruh air yang disertai lumpur dan menerjang rumah-rumah penduduk di Desa Kemiri tersebut. Penduduk menyelamatkan diri sebisanya. Namun, banyak yang terbawa arus air bercampur lumpur, kata Sudik. Sampai Senin malam, menurut Sudik, sudah ditemukan 31 jenazah warga Desa Kemiri, sedangkan tujuh orang lainnya dinyatakan hilang. Sebanyak 17 korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soebandi, Jember. Jenazah lainnya langsung dimakamkan. Camat Panti Muhammad Suryadi mengatakan, korban tewas tercatat 38 orang dan 15 lainnya dinyatakan hilang. Angka pasti masih sulit ditentukan karena kami kesulitan mendata penduduk yang mengungsi dan lokasinya tersebar, ujar Suryadi. Gelap gulita Hingga semalam kawasan di sekitar lokasi bencana masih gelap gulita karena listrik PLN masih padam. Untuk menolong penduduk yang terjebak air sungai yang meluap dan bercampur lumpur, penduduk lain berupaya membuat jembatan darurat dari bambu. Sekitar 400 santri Pondok Pesantren Al-Hasan, Desa Kemiri, yang diasuh KH Muzamil Hasbah bisa diselamatkan. Meski demikian, bangunan pesantren ikut rusak parah, kecuali bangunan masjid dan makam pendiri Pesantren Al-Hasan tersebut. Bupati Jember MZA Djalal yang datang ke lokasi kejadian mengatakan, bencana alam ini tidak terlepas dari gundulnya hutan di lereng Gunung Argopuro yang merupakan hulu Sungai Kaliputih, Sungai Bedadung, dan Sungai Jompo. Akibatnya, kata Djalal, ketika datang hujan lebat, lumpur di lereng gunung ikut terbawa hanyut dan menutupi sungai serta jalan. Banjir bandang itu juga menyebabkan arus lalu lintas dari Jember menuju Surabaya dan sebaliknya terputus karena jalan tertutup lumpur. Dengan menggunakan alat-alat berat, Senin sore jalan lintas Jember-Surabaya akhirnya normal kembali. Asisten Manajer Distribusi PT PLN Area Pelayanan Jember Edi Sulistiono mengatakan, banjir bandang telah menyebabkan saluran udara tegangan rendah sepanjang 6.000 meter tidak berfungsi. Selain itu, sekitar 2.000 pelanggan tidak dapat menikmati aliran listrik. PLN diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp 1 miliar akibat bencana alam ini. Kepala Hubungan Masyarakat PT Kereta Api Daerah Operasi IX Jember Suminto mengatakan, Stasiun Jember sampai Senin sore belum dapat difungsikan karena kondisi rel masih kritis. Di beberapa titik lintasan kereta tergerus sehingga bisa membahayakan perjalanan kereta api. (SIR/SEM/D02/RAD) Post Date : 03 Januari 2006 |