PATI, KOMPAS - Para korban banjir dan perangkat desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengeluhkan lama surutnya banjir akibat luapan Sungai Juwana. Penyebabnya, air Sungai Juwana sulit masuk ke laut. Selain itu, sungai makin sempit dan dangkal.
Warga Dukuh Penggingwangi, Desa Kasiyan, Kecamatan Gabus, Sudar (78), Kamis (21/1), mengatakan, permukimannya masih kebanjiran sejak seminggu lalu.
Kepala Desa Kasiyan Rumaji menuturkan, Desa Kasiyan setiap tahun kebanjiran. ”Penyebabnya, lebar Sungai Juwana semula 30 meter kini tinggal 7 meter sehingga sering meluap,” katanya.
Tahun lalu, banjir di Dukuh Penggingwangi baru surut setelah lima bulan dan di persawahan delapan bulan. Data Desa Kasiyan, banjir tahun ini menggenangi 90 hektar dari 400 hektar lahan pertanian. Peristiwa serupa terjadi di Desa Kosekan dan Tanjang, Kecamatan Gabus.
Banjir mengakibatkan petani panen lebih dini. Hal itu menyebabkan harga gabah turun dan produksi gabah berkurang setengahnya.
Genangan air yang membanjiri lahan pertanian di Jawa Barat diperkirakan meluas. Selain curah hujan diprediksi masih tinggi hingga Maret, pendangkalan sungai juga semakin parah. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar mencatat, 3.534 hektar sawah tergenang banjir dan 277 hektar tanaman padi dipastikan puso.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jabar Oo Sutisna, Kamis di Bandung, mengatakan, perubahan iklim menyulitkan petani merencanakan tanam padi.
Banjir menggenangi lahan padi 36 kecamatan di 11 kabupaten. Wilayah yang tergenang banjir paling luas adalah Kabupaten Karawang, 1.378 hektar sawah. Banjir juga menggenangi 1.017 hektar sawah di Kabupaten Bekasi.
Menurut Oo, tahun 2010 Pemprov Jabar harus mewaspadai kegagalan panen pada 180.000 hektar lahan pertanaman padi atau 10 persen dari total target 1,8 juta hektar. Pemerintah juga harus segera mengganti benih petani yang sawahnya terkena banjir.
Di Kutai Timur, Kalimantan Timur, luapan Sungai Sangatta dan Sungai Bengalon masih merendam setinggi 50 sentimeter. Banjir sejak Rabu itu memaksa 4.217 keluarga di tiga kecamatan, yaitu Sangatta Utara, Sangatta Selatan, dan Bengalon, beraktivitas memakai perahu.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten Kutai Timur Syafranuddin mengungkapkan hal itu pada Kamis sore. (HEN/GRE/BRO)
Post Date : 22 Januari 2010
|