PERUBAHAN tutupan lahan di hulu Citarum dari 1983 memperlihatkan perubahan hutan berkurang 54%, pertanian menurun 55%, sedangkan permukiman/ perkotaan meningkat 233%, serta industri meningkat 868%.
“Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan DAS Citarum dimulai dari daerah hulunya,“ papar Kabid Teknologi Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho dalam analisisnya tentang banjir Citarum, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, meskipun di DAS Citarum sudah terdapat tiga waduk besar, pada kenyataannya masih terjadi banjir besar seperti yang terjadi di bagian hulu (Baleendah, Dayeuhkolot, Majalaya, Rancaekek) dan di bagian hilir (Karawang, Bekasi). “Bencana banjir yang menimpa di bagian hilir Sungai Citarum disebabkan oleh akumulasi dari berbagai faktor,“ tegasnya.
Fenomena banjir di hulu DAS Citarum disebabkan daerah tersebut berada pada dataran banjir dan morfologinya cekung serta lebih rendah daripada Sungai Citarum. Perubahan lahan permukiman dan perkotaan membawa konsekuensi meningkatnya koefisien banjir sehingga debit banjir makin meningkat.
Sementara itu, fenomena banjir di bagian hilir di Karawang dan Bekasi hingga saat ini lebih disebabkan oleh limpasnya Waduk Jatiluhur. Besarnya debit banjir dari Waduk Jatiluhur merupakan sebab utama banjir tersebut. Reboisasi hutan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengharapkan pemerintah daerah dan PMI bisa bekerja sama untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam, seperti banjir, sekaligus upaya penanganannya.
Kalla menegaskan, kerja sama tersebut dilakukan dengan pemerintah provinsi kota dan kabupaten, yaitu melaksanakan program reboisasi dan penghijauan, terutama di daerah yang termasuk kategori rawan bencana banjir dan longsor.
“Program ini merupakan rencana jangka panjang, dan harus berjalan secara efektif,“ ujarnya di sela-sela pembukaan pertemuan nasional Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PMI di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Sementara itu, sebagian warga korban banjir di Desa Baleendah dan Andir, Kecamatan Beleendah, Kabupaten Bandung, belum bisa melakukan aktivitas karena sejumlah jalur jalan masih tertutup lumpur bercampur sampah buangan Sungai Citarum.
“Hampir sebulan, sebagian warga di sini belum bisa melakukan aktivitas secara normal, karena jalan desa dan kecamatan masih tertutup lumpur basah,“ ujar Nandang, 45, warga Andir, Baleendah, kemarin.
Di Jambi, banjir masih menggenangi beberapa desa di kawasan pantai timur Sumatra, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), dan Kabupaten Muarojambi di hilir daerah aliran sungai (DAS) Batanghari.
Selain merendam ratusan hektare areal pertanian dan perkebunan, banjir setinggi satu meter juga memutuskan akses hubungan menuju kawasan pantai timur Sumatra via Jembatan Suakkandis, Kecamatan Kumpehilir, Muarojambi.
“Tidak bisa dilalui, dalamnya sepinggang di atas jalan,“ kata Ambok Ilo, 40, warga Desa Sungaiitik, Kecamatan Berbak. Eriez M Rizal
Post Date : 30 Maret 2010
|