Banjir Akan Terus Berulang

Sumber:Pikiran Rakyat - 08 Januari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Planolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Iwan Kustiwan menilai, banjir di beberapa wilayah di Jawa Barat masih akan terjadi bila tidak ada langkah terintegrasi di antara kabupaten/kota. Menurut dia, langkah pembangunan atau perbaikan tanggul untuk mengantisipasi banjir hanyalah langkah jangka pendek.

"Untuk mengantisipasi banjir yang terus berulang, perlu langkah terintegrasi untuk meminimalkan potensi bencana. Revitalisasi lahan penyerap air bisa menjadi salah satu aspek untuk itu," ujar Iwan.

Iwan mengungkapkan, langkah pembangunan tanggul harus ditempuh untuk memperbaiki tanggul yang rusak karena banjir. Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadinya banjir di tempat yang sama.

"Tanggul yang rusak memang harus tetap dibangun. Namun, selama tidak ada penanganan terintegrasi antarwilayah, masalah akan tetap berulang," kata Iwan.

Perlunya langkah terintegrasi mengatasi banjir juga disampaikan oleh sejumlah tokoh masyarakat Jatinangor, Kabupaten Sumedang, kepada Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah di Kantor Kecamatan Jatinangor, Kamis (7/1). Warga yang merupakan korban banjir akibat meluapnya Sungai Cikeruh meminta supaya penyebab banjir segera ditangani. Tanpa itu, banjir akan terus berulang.

Seusai pertemuan tersebut, Taufiq meninjau langsung sejumlah titik sumber penyebab banjir dan permukiman penduduk yang terkena banjir. Sehari sebelumnya, ratusan rumah penduduk yang tersebar di empat di desa di Kec. Jatinangor, tergenang banjir luapan dari Sungai Cikeruh.

Ditemui "PR" di sela-sela peninjauan itu, Taufiq menyebutkan, penyebab langsung banjir yang melanda ratusan rumah di Jatinangor kemarin dan banjir-banjir sebelumnya adalah penyempitan dan pendangkalan Sungai Cikeruh.

Dengan demikian, ketika daerah aliran sungai itu diguyur hujan lebat dengan curah hujan tinggi, sungai yang bermuara ke Sungai Citarik itu meluap dan menggenangi permukiman penduduk di sekitarnya.

Di samping itu, pendangkalan dan sering melonjaknya debit Cikeruh setiap hujan lebat, juga disebabkan sangat kurangnya penghijauan di lahan-lahan bagian hulu Cikeruh di perbukitan tersebut.

Selain itu, saluran drainase di sepanjang jalan penghubung antarlokasi di perbukitan itu kurang memadai sehingga air cileuncang dari kawasan perbukitan itu sering meluber ke lahan pertanian dan serentak membawa material erosi ke Sungai Cikeruh.

"Oleh karena itu, untuk menanggulangi banjir langganan di Jatinangor ini, harus dilakukan upaya penanganan multi. Di antaranya, normalisasi Sungai Cikeruh, penghijauan, dan perbaikan saluran-saluran drainase di perbukitan bagian hulu Cikeruh," ujar Taufiq.

Selain itu, Taufiq meminta para kepala dinas dan instansi terkait di Pemkab Sumedang agar segera mengadakan rapat koordinasi penanganan masalah banjir di Jatinangor dengan mengundang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dan para pemilik lahan kawasan perbukitan hulu Sungai Citarik.

Kembali terjadi

Banjir bandang kembali terjadi di wilayah utara Kabupaten Cianjur, Kamis (7/1). Kali ini, banjir bandang yang terjadi akibat meluapnya Sungai Ciguntur tersebut merendam dua belas rumah di Kampung Ciguntur, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa, tetapi derasnya air yang meluap menyebabkan satu di antara dua belas rumah itu ambruk dan satu musala rusak. Akibat kejadian tersebut, dua belas kepala keluarga yang rumahnya sempat terendam selama 1,5 jam, terpaksa mengungsi sementara.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, peristiwa banjir bandang yang merendam rumah warga di pinggiran sungai itu berawal saat hujan deras sekitar pukul 13.30 WIB. Beberapa saat setelah hujan deras itu, debit air Sungai Cigugur terus naik hingga masuk ke rumah warga.

Sementara itu, Perumahan Kotabaru, Kabupaten Karawang, rusak setelah disapu angin puting beliung, Rabu (6/1) sore. Selain rumah dan madrasah, beberapa tiang listrik pun turut tumbang dan menimpa satu kendaraan angkutan umum.

Menurut aparat desa setempat, kerugian akibat peristiwa itu ditaksir Rp 78 juta. Aliran listrik dan saluran telefon pun terputus. Meskipun demikian, peristiwa tersebut tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun "PR" di lapangan, peristiwa itu terjadi pada Rabu (6/1) sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, masyarakat setempat berada di tempat tinggal mereka masing-masing karena sudah mendekati waktu salat Magrib. Namun, tidak disangka, beberapa saat kemudian, terdengar suara gemuruh yang mendekat. Warga pun segera keluar dari rumah masing-masing.

"Angin bertiup dari arah selatan dan langsung menerjang rumah-rumah yang ada di Perumahan Permata Regensi. Sebelumnya, hanya ada hujan gerimis," tutur Wahyudin (33), warga setempat, ketika ditemui Kamis (7/1). (Selengkapnya baca di Rubrik Jawa Barat). (A-179/A-188/A-132/A-177/A-91/A-116/A-153)



Post Date : 08 Januari 2010