|
Semarang, Kompas - Genangan air di sejumlah wilayah yang terjadi sejak beberapa hari terakhir, bahkan di sejumlah wilayah sejak dua minggu lalu, diperkirakan akan memakan waktu lama untuk surut. Hujan deras diperkirakan masih akan mengguyur wilayah Jawa Tengah, paling tidak antara tanggal 19 Februari hingga 21 Februari mendatang. Menurut ramalan cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika seperti dikutip dari situs bmg.go.id, Senin (18/2), pada masa itu ada potensi hujan deras di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Jateng. Untuk itu, BMG mengingatkan agar daerah rawan banjir dan tanah longsor diwaspadai. Kepala BPSDA wilayah Sungai Serang, Lusi, Juwana (Seluna), Djumono, juga memperkirakan genangan air di sejumlah wilayah akan surut lama karena curah hujan masih tinggi. Banjir di Pati dan Kudus serta Jepara mengakibatkan sekitar 28.000 rumah warga dan lebih dari 20.000 hektar sawah tergenang air. Banjir juga menggenangi sekitar 50 hektar sawah di Desa Mangunsari, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Genangan air di wilayah ini sekitar satu meter. Hal ini mengakibatkan sekitar 300 keluarga di sana kehilangan pekerjaan karena tidak dapat menanami sawah mereka. Menurut Sekretaris Desa Mangunsari Pratomo, penyebab banjir di wilayahnya, adalah hujan yang turun berhari-hari dan saluran pembuangan air di Kali Buangan 15 tidak lancar. Saluran tersebut tersumbat lumpur. "Kalau setiap tahun seperti ini, kami hanya bisa panen satu kali," kata Pratomo yang mengatakan kerugian petani di wilayahnya akibat kehilangan satu masa tanam sekitar Rp 200 juta. Ia mengatakan, banjir rutin tahunan ini sudah berlangsung sejak Januari dan biasanya berlangsung hingga Maret. Meski sudah hampir 20 tahun terjadi, belum ada perhatian pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten untuk mengatasi kejadian tahunan ini. Hal tersebut juga terjadi di Kota Semarang. Sejumlah wilayah di kota ini, terutama di wilayah Semarang bagian utara selalu menjadi langganan banjir setiap musim hujan. Bahkan, sejumlah wilayah juga menjadi langganan banjir akibat rob atau limpasan air laut ke daratan. Menurut Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan III Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Semarang M Farchan, perlu kerja sama semua pihak untuk meminimalkan banjir di Kota Semarang, termasuk dalam bidang perencanaan kota dan realisasinya. Selama ini, rencana kota dan realisasi di lapangan belum terkoordinasi dengan baik. "Setiap pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan rencana tata kota yang telah dibuat dan dengan persetujuan semua pihak. Selama ini antara dinas teknis dan tata kota seperti berjalan sendiri-sendiri," katanya. (a08/hen/ika) Post Date : 19 Februari 2008 |