Banjir, 500 Ha Tanaman Padi Terancam Puso

Sumber:Media Indonesia - 18 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
MARABAHAN (Media): Sekitar 500 hektare (ha) tanaman padi milik petani di Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), terancam puso akibat terendam banjir.

''Banjir tersebut sudah berlangsung sejak 8 April lalu dan hingga kini tidak ada tanda-tanda akan surut, bahkan semakin tinggi hingga sedikitnya 500 hektare tanaman padi masih tenggelam,'' kata Camat Bakumpai Fuad Syeh di Marabahan (ibu kota Barito Kuala), kemarin.

Menurut Fuad, jika banjir akibat kiriman dari bagian hulu Sungai Barito itu tidak segera surut dipastikan para petani akan mengalami gagal panen karena tanaman padi mereka puso.

Tanaman padi yang terendam berada di tiga desa, yakni Desa Balukung, Palingkau, dan Desa Banitan. Saat ini, umur tanaman tersebut telah mencapai satu bulan. Ketiga desa yang terkena banjir itu memang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kuripan yang kini juga terendam akibat meluapnya Sungai Barito.

Selain menenggelamkan sekitar 500 ha lahan pertanian, ujar Fuad, bencana itu juga merendam sekitar 200 unit rumah penduduk dengan ketinggian air dalam rumah rata-rata sekitar 10 sentimeter (cm).

''Jika kondisi banjir tersebut ditambah pasang air laut menjelang bulan purnama, maka kemungkinan air di dalam rumah penduduk akan makin tinggi,'' katanya.

Meski demikian, ujar Fuad, sampai saat ini penduduk di tiga desa tersebut masih memiliki persediaan pangan sehingga tidak khawatir kekurangan pangan. Selain itu, beberapa waktu lalu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barito Kuala memberikan bantuan kepada para korban banjir berupa beras, mi instan, dan ikan kering.

Menanggapi bencana banjir yang melanda enam kabupaten di Kalsel, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Berry Nahdian Furqon, kemarin, mengatakan, banjir yang setiap tahun makin hebat ini terjadi akibat menipisnya area resapan air kawasan hutan Pegunungan Meratus. Oleh karena itu dia minta pemerintah daerah segera mengevaluasi kembali perizinan pertambangan dan hutan.

''Masalah banjir tahunan ini sangat memprihatinkan kita dan pemerintah hendaknya sesegera mungkin mengambil langkah serius untuk menanganinya,'' katanya.

Menurut data Walhi, kegiatan pembabatan hutan dan pembukaan areal hutan untuk pertambangan di Kalsel dalam beberapa tahun terakhir ini sangat luar biasa. Tidak jarang pembabatan hutan oleh perusahaan perkayuan maupun penebangan liar dan kegiatan pertambangan tersebut dilakukan di lokasi kawasan hutan konservasi seperti Pegunungan Meratus.

Rugi Rp15 miliar

Dari Muara Teweh dilaporkan, banjir yang melanda wilayah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah (Kalteng), selama tiga minggu mengakibatkan sarana kesehatan dan keluarga berencana rusak dengan kerugian sekitar Rp1,5 miliar.

Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Barut Bambang Edhy Prayitno di Muara Teweh, kemarin, mengatakan, sarana kesehatan yang rusak itu antara lain Puskesmas dan poliklinik desa yang tersebar di Kecamatan Teweh Tengah, Lahei, Montallat, Gunung Timang, Teweh Timur, dan Kecamatan Gunung Purei.

Selain mengakibatkan kerusakan fasilitas kesehatan akibat terendam air, aliran listrik yang padam juga menyebabkan sebagian besar vaksin rusak. Bahkan, tambah Bambang, ribuan bungkus Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berupa bubur bayi dan biskuit rusak akibat terendam banjir.

Dalam bencana banjir di Kalteng, Penjabat Gubernur Sodjuangon Situmorang bersama Ketua DPRD Kalteng Atu Narang, kemarin, mengunjungi korban banjir di Kabupaten Barito Utara dan Barito Selatan. Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat langsung kondisi korban guna mengambil langkah penanganan pascabanjir. (DY/SS/Ant/N-1)



Post Date : 18 April 2005