Bandung Utara pun Dilanda Banjir "Cileuncang"

Sumber:Pikiran Rakyat - 14 November 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Hujan baru saja reda di Kampung Cibogo RT 1, RW 10, Desa Cibogo, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Kamis (12/11) siang. Air hujan yang turun di jalan raya di depan rumah Anah Ratna (53), perlahan turun dan meresap ke dalam tanah di tepian jalan aspal itu. Sinar matahari yang muncul sedikit demi sedikit menyerap uap hujan dan kondisi di daerah itu mulai kering.

Namun, selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba selokan di Gang H. Apandi di depan rumah Anah meluap dengan arus yang sangat kuat. Layaknya semburan lumpur, sedikit demi sedikit, aliran air dari selokan itu melebar hingga teras rumahnya dan menggenangi setinggi mata kaki. Selebihnya, air melimpas ke jalan raya.

Anak Anah, Agus Dedi (22), sibuk mengorek-ngorek selokan itu dengan bambu. Dikeluarkannya beragam sampah plastik aneka makanan ringan hingga batok kelapa yang masih utuh. Ternyata, tidak hanya Agus yang melakukan hal serupa. Tetangga Anah lainnya juga ikut sibuk mengeluarkan sampah yang menyumbat selokan di depan rumah masing-masing.

Sewaktu mereka sibuk dengan kegiatan pembersihan setelah diguyur hujan, para pengendara sepeda motor yang melintasi jalan itu memiliki kesibukan berbeda. Untuk menghindari limpasan air selokan yang meluap ke jalan raya, kedua kaki para pengendara diangkat dan berpijak di bagian bawah leher motor. Begitu pula dengan kendaraan roda empat ikut melambatkan laju kecepatannya.

Kondisi banjir tersebut sama halnya dengan banjir cileuncang yang kerap melanda di sekitar pusat Kota Bandung. Semakin menyempitnya daerah tangkapan air karena terdesak bangunan semen dan beton yang membuat air hujan kehilangan daerah resapannya. Genangan cileuncang pun tak terhindarkan.

Sementara itu, luapan air di kawasan Bandung Utara (KBU) yang notabene berada pada ketinggian di atas seribu meter di atas permukaan laut (dpl) terus melimpas dan mengalir ke wilayah yang lebih rendah karena permukaan jalan yang miring. Kiri dan kanan jalan sudah banyak bangunan. Ketika diamati, aliran air tersebut tidak hanya muncul di sekitar Cibogo. Pada wilayah "atas" lainnya hingga ke Cikole sebelum Gunung Tangkubanparahu, air selokan meluap ke jalan raya.

Biasa

"Banjir seperti ini mah terjadi sejak dua tahun lalu. Soalnya, daerah perkebunan yang dulunya tempat resapan air hujan dari Cikole, sudah banyak dibangun rumah makan yang baru dua tahun lalu. Akhirnya, air dari atas terpusat langsung ke bawah dan salah satunya meluap di selokan ini," kata Anah.

Anah menuturkan, ketika wilayahnya sama sekali tidak turun hujan, selokan di depan rumahnya bisa saja meluap. Hal itu terjadi karena merupakan air kiriman dari daerah atas. Kondisi lebih parah apabila hujan turun secara bersamaan di atas dan di tempatnya. Volume luapan air semakin banyak hingga menggenangi pintu masuk di rumahnya.

Menurut dia, sebelum gencarnya pembangunan di KBU, rumah dia jauh lebih tinggi daripada jalan raya. Setelah terjadi pelapisan jalan raya berkali-kali, sebaliknya rumah Anah menjadi lebih rendah daripada permukaan jalan raya. Tidak heran rumahnya menjadi langganan banjir kiriman.

Luapan air hujan yang menjadi banjir cileuncang ini juga terjadi karena kondisi saluran air semakin dangkal, hanya sedalam lima puluh sentimeter. Belum lagi ditambah dengan kabel telefon yang kerap menjadi tempat tersangkutnya sampah-sampah yang terbawa air.

Warga mengakui, mereka tak bisa mencegah terjadinya luapan air itu. Sementara ini, mereka hanya bisa mengorek-ngorek dan mengeluarkan sampah dari selokan dan mengepel sehabis banjir yang menjadi kebiasaan rutin. Tak ada pilihan yang lebih baik. (Novianti Nurulliah/"PR")



Post Date : 14 November 2009