BANDUNG, (PR).- Warga berharap agar saluran air di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot bisa diperbaiki atau ditata ulang, guna memperkecil volume air yang selalu menggenang pada musim hujan. Sampai hari Minggu (21/2), genangan masih mendera dua kawasan tersebut.
Sementara itu, tanggul Sungai Cironggeng di Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung yang jebol beberapa waktu lalu masih bersifat darurat dengan dibuatnya tanggul sementara, menggunakan karung pasir.
Ketua RW 20 Kp. Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, Jaja (43) mengatakan, setiap tahun ketinggian air yang menggenangi perumahan warga di Kp. Cieunteung bertambah sekitar 20-30 sentimeter di titik tertinggi. Ketinggian air terus bertambah sejak 2005.
"Kini banyak saluran air yang sudah dipenuhi sampah, sehingga tidak bisa difungsikan dan menjadi beban. Padatnya permukiman penduduk juga menyebabkan peruntukan lahan bagi kantong air menjadi berkurang," katanya.
Jaja menuturkan, saluran air yang seharusnya mendapat prioritas untuk diperhatikan adalah saluran Cigado. "Karena saluran air lain tidak berfungsi, maka seluruh buangan ditampung melalui saluran Cigado. Dengan penyumbatan yang terjadi, luapan mengalir ke Kp. Cieunteung yang merupakan daerah terendah," ucapnya.
Saluran Cigado memiliki panjang sekitar satu kilometer, dari Jln. Anggadiredja, Kec. Baleendah ke Kp. Cieunteung. Saluran tersebut juga merupakan tempat pembuangan air warga dari 23 RW di Kec. Baleendah.
Kedalaman saluran yang dulu lebih dari dua meter, kini berkurang dan hanya tersisa kurang dari satu meter akibat tumpukan sampah dan lumpur yang terbawa banjir.
"Kalau terjadi banjir besar karena luapan langsung dari Sungai Cisangkuy dan Citarum, kami pasrah karena kampung kami memang berada di titik rendah. Namun, kalau banjir dengan kedalaman hanya selutut yang lebih disebabkan luapan saluran air, kami sangat berharap itu bisa dibenahi," kata Jaja.
Saluran lain yang kini tidak berfungsi karena tersumbat oleh sampah dan sedimen lumpur, juga terletak di sekitar SPBU di mulut gang Kp. Cieunteung.
"Saluran itu tidak ada namanya, panjangnya dari Kp. Pasirparos Kel./Kec. Baleendah dan melewati Kp. Cieunteung dengan diameter enam puluh sentimeter, seharusnya itu bisa berfungsi untuk mengalirkan air ke Sungai Cisangkuy. Tersumbatnya saluran air itulah yang mengakibatkan genangan di taman kota," ucap Jaja yang sudah tinggal di Kp. Cieunteung sejak 1967.
Selain itu, saluran air dari Kel. Andir yang mengarah ke Jalan Raya Banjaran juga sudah tidak berfungsi karena padatnya permukiman. "Dulu saluran itu ada sebelum Sungai Cisangkuy diluruskan, panjangnya sampai ke Desa Kulalet," katanya.
Kepala Seksi Pembangunan Perumahan Dinas Perumahan, Tata Ruang, dan Kebersihan Kab. Bandung Karyono membenarkan bahwa pembenahan saluran air bisa mengurangi volume air di Kec. Baleendah, khususnya Kp. Cieunteung.
"Saluran air yang sudah beralih fungsi karena padatnya permukiman, menambah beban volume air, padahal itu seharusnya menjadi kanal untuk mengalirkan air," ujarnya.
Karyono yang merupakan penduduk asli Kec. Baleendah itu mengatakan, saluran air harus ditata ulang agar bisa dikembalikan fungsinya. "Dulu ada saluran air dari Kec. Pameungpeuk hingga Kec. Ciparay yang juga melewati Kec. Baleendah. Lebar saluran sekitar 1,4 meter dengan panjang sedikitnya tiga kilometer. Setelah adanya pembangunan, saluran itu dialihfungsikan sekitar tahun 1975," katanya.
Seperti diberitakan "PR" sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum baru akan melakukan normalisasi sembilan anak Sungai Citarum secara menyeluruh pada 2011. Kepala BBWS Citarum Mudjiadi ketika ditemui di Kantor Kec. Baleendah, Sabtu (20/2) mengatakan, saat ini rencana tersebut masih dalam tahap studi kasus. "Selama sepuluh bulan ke depan, kami akan melaksanakan studi di sembilan anak Sungai Citarum dalam rangkaian mekanisme pengajuan dana," kata Mudjiadi.
Jika studi tersebut selesai dan pinjaman disetujui akhir 2010, dana projek tersebut akan dikucurkan sekitar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar. "Setelah itu, kami akan lakukan tender. Kemungkinan kalau disetujui, normalisasi sembilan anak sungai bisa dilakukan akhir 2011," katanya.
Mudjiadi juga mengatakan, idealnya normalisasi DAS Citarum dan sembilan anak sungai bisa dilakukan bersamaan, untuk menghindari luapan besar di salah satu wilayah. "Tetapi kalau kita lakukan secara bersamaan, dana yang dibutuhkan sangat besar. Dari mana kita dapat?" ujarnya.
Sekretaris Daerah Kab. Bandung Sofian Nataprawira beberapa waktu lalu menerima niat baik pihak lain untuk melakukan pengerukan dan normalisasi di wilayah tertentu Sungai Citarum. "Seperti yang kemarin dilakukan oleh pengusaha Majalaya, kami sangat menghargai. Asalkan dikoordinasikan pengerjaannya dengan dinas terkait di Pemkab Bandung dan BBWS agar tidak tumpang tindih. Silakan saja," ujarnya.
Di Cimahi
Sementara itu, air setinggi sekitar lima puluh sentimeter kembali menggenangi enam rumah di Jln. Sangkuriang Barat III RT 1 RW 7 Kel. Cipageran Kec. Cimahi Utara, Sabtu (20/2) sore, menyusul banjir bandang Sungai Cikendal.
Perbaikan kirmir saluran Irigasi Bongkok sepanjang 22 meter menggunakan bambu, pasir, dan karung, beberapa waktu lalu, tidak mampu menahan volume air Sungai Cikendal yang meningkat tajam setelah diguyur hujan deras.
"Kejadiannya sama persis seperti bulan lalu. Air tiba-tiba naik, dan langsung masuk rumah,” kata seorang warga, Teddy Suwarso (52) kepada "PR", Minggu (21/2).
Dia merupakan pemilik rumah No. 6 yang roboh gara-gara terjangan banjir bandang, 5 Januari lalu. Istrinya, Ny. Nunu (52) mengaku sangat khawatir dengan kejadian banjir yang berulang ini.
Bangun beronjong
Sementara itu, tanggul Sungai Cironggeng yang jebol beberapa waktu lalu masih belum bisa ditangani secara maksimal. Penanganan masih bersifat darurat dengan membangun tanggul sementara, menggunakan karung pasir. Dengan demikian, warga di Jln. Cingised, RW 06 Kel. Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik, Kota Bandung masih akan terendam banjir akibat jebolnya tanggul selebar sekitar tiga puluh meter tersebut.
“Pembangunan secara permanen masih belum dimungkinkan karena arus air masih deras. Untuk sementara akan dibangun dulu beronjong,” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Iming Ahmad, Minggu (21/2).
Dia menuturkan, pembangunan tembok permanen untuk memperbaiki tanggul belum bisa dipastikan waktunya. Hal itu bergantung pada deras-tidaknya arus air yang mengalir di Sungai Cironggeng.
Berkaitan dengan banjir ini, Camat Arcamanik Iwan Setiawan menuturkan, bantuan logistik seperti mi instan dan beras bagi korban banjir relatif sudah terpenuhi. Selain itu, kondisi banjir sudah tidak separah Kamis (18/2) lalu. Saat itu, ketinggian air bervariasi hingga mencapai sekitar satu meter. ”Sekarang banjir hanya tinggal setinggi mata kaki,” ujar Iwan. (A-175/A-179/A-180)
Post Date : 22 Februari 2010
|