Bandung Krisis Air Tanah-Pengusaha Jangan Lagi Bikin Sumur Bor

Sumber:Koran Sindo - 01 Mei 2012
Kategori:Air Minum
BANDUNG– Akibat tanah terus mengalami galian, krisis air pun mengancam Kota Bandung. Saat ini permukaan air tanah terkikis hingga kedalaman satu meter per tahun. 
 
Krisis tanah disebut-sebut sebagai latar belakang bencana yang marak belakangan ini, di antaranya amblesnya permukaan jalan, terbaliknya komposisi tanah hingga banjir yang dapat menenggelamkan kota.Hal itu diungkapkan Peneliti Bangunan Hidrolik dan Geoteknik Keairan (BHGK) Ahmad Taufik. ”Setengah hingga satu meter permukaan air tanah mengikis. 
 
Kalau sudah sampai dua meter per tahun,artinya sudah kritis. Di Kota Bandung, kami temukan beberapa,” ujar Ahmad dalam Pameran Kolokium di Puslitbang Sumber Daya Air, Jalan Ir H Djuanda,kemarin. Menurut Ahmad, kondisi tersebut dijumpai juga di kotakota besar lain seperti Denpasar, Jakarta, dan Medan. 
 
Karena pemukiman dan wilayah perkotaan kebutuhannya dapat dipenuhi dari jumlah air baku yang disediakan PDAM,Ahmad menyebutkan bahwa yang mampu menggali sumur dengan kapasitas banyak adalah pengusaha besar. ”Di kota besar, pengambil air tanah terbanyak pihak swasta, pengelola mal-mal, hotel, pabrik, dan apartemen,” kata Ahmad yang meneliti hal ini sejak 2009. 
 
Dia menyebutkan, saat ini Bandung Raya memiliki sekitar 300 sumur produksi yang digunakan memenuhi kebutuhan industrinya. Namun, 87 di antaranya dalam keadaan kering. Maka, Ahmad mengimbau para pengusaha itu memakai sumur imbuhan, bukannya terus-menerus mengebor tanah untuk menjadikannya sumur produksi utama lagi. ”Dengan sumur imbuhan ini, optimalisasi sumur kering yang berjumlah 87 tadi dapat terlaksana. 
 
Di mana pengalihfungsian ini mengatasi keterbengkalaian dan memenuhi kebutuhan air tanah,”ujarnya. Ahmad menjelaskan, sekilas cara kerja sumur imbuhan tidak berbeda dengan sumur resapan dalam ukuran raksasa, yakni kedalaman 80-120 meter. Dengan berbasiskan akifer yang terintegrasi dengan air, penampang akan menyerap air hujan dan melewati pengendapan juga sterilisasi yang optimal. 
 
Ahmad mengungkapkan, kalau tanpa menggunakan imbuhan dan terus menggali sumber air tanah baru, krisis air tanah akan menimpakan banyak musibah. ”Salah satunya jalan ambles, intrusi air laut, hingga banjir yang menenggelamkan isi kota,” ujar dia. Di Bandung Raya, baru 10% perusahaan yang menerapkan sumur imbuhan ini.Ahmad mengharapkan semua perusahaan dapat sadar akan ulahnya yang menggali terus potensi air tanah dengan mengakibatkan krisis pada masyarakat. 
 
Masalah regulasi pemerintah mengenai sumur ini dijelaskannya telah terdapat pada Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Izin Pengambilan Air Tanah.Dalam peraturan itu hanya ditekankan perizinan harus disertai penelitian,sehingga tak jarang ditemukan pengusaha yang membandel tidak menyertakan penelitian dan mengebor sumur seenaknya. 
 
Dalam rangka peringatan Hari Air Dunia 2012 yang sebenarnya jatuh pada 22 Maret, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air menyosialisasikan banyak hasil penelitiannya dalam Pameran Kolokium. Selain pemaparan yang bisa didapatkan dari para peneliti seperti Ahmad,sekitar 20 boot pameran dari Balai Sabo,Rawa,Pantai,dan banyak lagi memamerkan hasil penelitiannya. 
 
”Produknya hasil penelitian, selain barang berteknologi canggih, disosialisasikan juga formula dan model pengetahuan tentang air,”kata Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusair Jabar Fransisca Muliantari.gita pratiwi 


Post Date : 01 Mei 2012