|
Bandung, Kompas - Julukan Kota Bandung sebagai kota yang Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat (Bermartabat) bertolak belakang dengan kenyataan yang sesungguhnya. Di sejumlah tempat di Kota Bandung saat ini banyak tumpukan sampah sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Wali Kota Bandung Dada Rosada, pekan lalu, sudah menduga sampah akan menumpuk pada tahun baru. Pasalnya, masa pemakaian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jelekong sudah berakhir 31 Desember 2005 lalu. Hampir semua tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Bandung penuh dengan sampah. Bahkan, ada yang sampai memenuhi badan jalan. TPS sampah di Jalan Ambon, misalnya, sudah tidak mencukupi lagi sehingga tumpukan sampah memenuhi sebagian badan jalan sehingga mengeluarkan aroma tidak sedap. Sudah hampir empat minggu sampah di sini (Jalan Ambon) tidak diangkut. Katanya kendaraannya sedang rusak, ujar Ahman (27), pengangkut sampah, Minggu (1/1). Penumpukan sampah juga terjadi di Jalan Suryalaya, Tamansari, dan H Yasin. Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Sefrianus Yosep mengatakan, sebagian besar sopir pengangkut sampah diminta berhenti untuk waktu sementara sebab tidak ada lagi tempat untuk membuang sampah. Akan tetapi, sebagian masih bekerja untuk mengangkut sampah dari TPS yang sudah penuh ke TPS yang masih cukup untuk dibuangi sampah, papar Yosep. Yosep menjelaskan, sebelum masa pakai TPA Jelekong berakhir, beberapa TPS di Kota Bandung sengaja dikosongkan. Isinya dibuang ke TPA Jelekong. TPS kosong inilah yang kemudian menjadi penampung sampah dari TPS yang telah penuh. TPA darurat Di Kota Bandung terdapat 240 TPS. Tapi, yang benar-benar TPS hanya sekitar 184. Selebihnya hanya bak truk yang ditaruh di pinggir-pinggir jalan, jelas Yosep. Satu TPS bisa memuat hingga 20 truk sampah atau sekitar 200 meter kubik sampah. Sementara produksi sampah di Kota Bandung mencapai 7.500 meter kubik per hari. Yosep meperkirakan, cara pengalihan sampah dari TPS yang penuh ke TPS yang kosong hanya akan bertahan tiga sampai empat hari. Selebihnya, dipastikan akan terjadi penumpukan di setiap TPS. Menanggapi hal ini, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bandung Muchsin Al-Fikri mengatakan, PD Kebersihan harus segera menemukan untuk TPA darurat. Kalau tidak begitu, nanti sejarah penumpukan sampah seperti menjelang Konferensi Asia-Afrika akan terulang, ujar Muchsin. Menurut Djemarun, Kepala Seksi Tempat Penampungan Akhir Leuwigajah dan Jelekong, mengungkapkan, sejak hari Minggu (1/1) kegiatan membuang sampah berhenti total. Rencana Pemkot Bandung memindahkan lokasi pembuangan sampah ke Citatah menimbulkan permasalahan di antara warga setempat. Ada sebagian warga yang menerima lokasi tersebut, ada pula yang menentangnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Amin Sukarsa (60), penunggu tanah yang akan dijadikan TPA darurat di Citatah. (d07/d15/*) Post Date : 02 Januari 2006 |