Bandara Minus Pengamanan

Sumber:Kompas - 28 November 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Terputusnya jalan tol dari Jakarta ke Bandara Soekarno-Hatta pada Senin sore sampai Selasa dini hari membuat bandara kacau. Ribuan penumpang telantar. Keadaan ini tak diantisipasi pengelola bandara. Akibatnya, penumpang pun menderita.

Jarum jam menunjukkan pukul 03.05 pada Selasa (27/11). Ny Nur masih terjaga di tempat duduknya, bangku panjang di ruang tunggu Terminal 1C Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Ia berbagi tempat dengan tiga perempuan yang berbaring dan tertidur lelap dalam posisi meringkuk di belakang dan samping Nur. Salah satu perempuan itu adalah ibu Nur sendiri yang sudah berusia sekitar 65 tahun.

Seperti puluhan penumpang lainnya, Nur memilih berjaga sampai pagi, pukul 09.00, ketika ia dan ibunya harus berangkat ke Surabaya dengan pesawat Mandala Airlines. Nur menaruh tas bawaannya di bawah bangku, sedangkan tas tangan ia taruh di pangkuan.

Tak jauh dari tempat Nur duduk, puluhan lelaki, perempuan, dan anak-anak berbaring di atas bangku dan lantai. Ada pula yang tidur di atas koper atau karung-karung bawaan mereka.

"Ini bandara kok aneh ya. Tidak ada polisi atau petugas keamanan bandara jaga di sini. Enggak usah nyuri barang, kalau orang mau naruh bom di sini, akan gampang sekali," tutur Nur yang tinggal di Singapura.

Ia terheran-heran melihat betapa entengnya aparat keamanan di lingkungan bandara internasional tersebut dalam upaya memberikan rasa aman kepada pengguna bandara, termasuk calon penumpang pesawat.

Tak heran, ratusan calon penumpang yang terpaksa tidur di bandara dengan harapan bisa berangkat dengan pesawat keesokan harinya tampak terkantuk-kantuk sembari memeluk koper. Takut barang bawaannya raib digondol orang ketika mereka sedang tertidur pulas.

Memang, berdasarkan pengamatan Kompas dari Senin (26/11) malam sampai Selasa kemarin menjelang subuh, tak ada satu petugas keamanan pun, baik itu polisi maupun sekuriti bandara, yang berjaga di terminal.

Padahal, saat itu ratusan penumpang yang telantar di bandara karena menjadi korban kemacetan Jalan Tol Sedyatmo selama berjam-jam sedang sangat butuh kehadiran aparat keamanan. Keadaan ini sangat berbeda dengan saat siang hingga sore hari. Selasa sore, beberapa polisi berseragam masih berlalu lalang di terminal bandara tersebut, namun pada malam hari mereka tak tampak lagi.

Adanya petugas keamanan di setiap terminal pasti akan memunculkan rasa aman bagi penumpang yang tampak sangat kelelahan dan stres itu. Maklumlah, penumpang tak hanya terkena kemacetan yang memakan waktu tempuh sangat lama, tiga hingga hampir lima jam. Sesampai di bandara, banyak di antara mereka tertinggal pesawat lalu harus berdebat panjang dengan petugas maskapai menyangkut status tiket mereka.

Puluhan penumpang Lion Air dan beberapa penumpang Garuda Indonesia mengeluhkan kebijakan maskapai yang menghanguskan tiket mereka atau membayar biaya tambahan.

"Jika saya ingin terbang Selasa pagi, saya harus bayar Rp 1,5 juta. Lalu apa gunanya tiket yang sudah saya miliki?" tanya Husin, penumpang Lion Air tujuan Makassar. Sempat terjadi keributan di loket maskapai Lion Air yang sampai Selasa dini hari masih dipenuhi penumpang. Mereka memprotes kebijakan maskapai yang tak peduli kesulitan calon penumpangnya.

Jhon, penumpang Garuda Indonesia tujuan Denpasar, juga harus membayar biaya tambahan Rp 200.000. Lima, penumpang lain yang terlambat sampai ke bandara untuk terbang ke Surabaya, diminta petugas Garuda Indonesia membayar Rp 1,3 juta per orang.

Manajer Humas Lion Air Hasyim Arsyal Al-Habsyi dan Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda Indonesia Pujobroto sama-sama menyatakan tak ada penundaan atau pembatalan tiket. Biaya tambahan dikenakan hanya untuk biaya perbedaan subkelas tempat duduk.

Baik Hasyim maupun Pujobroto meminta penumpang yang dirugikan petugas di lapangan melapor ke manajemen Lion Air atau Garuda Indonesia.

Akibat banjir

Kondisi bandara internasional yang berlokasi di Tangerang tersebut Senin sore hingga kemarin pagi sungguh kacau. Akibat jalan tol menuju bandara terendam air laut pasang, sedikitnya 25 penerbangan dalam dan luar negeri tertunda berangkat selama satu hingga dua jam lebih.

Harap maklum, tak hanya calon penumpang yang terlambat, para awak pesawat pun banyak yang terlambat datang. Bus Damri dan bus Primajasa dari berbagai tempat ke bandara dan sebaliknya tak mampu mencapai bandara tepat waktu. Taksi kosong karena tak mampu menembus genangan air setinggi 40 sentimeter di jalan.

Tak hanya calon penumpang yang kebingungan karena ketinggalan pesawat, penumpang yang baru mendarat pun tak bisa meninggalkan bandara.

Kepala Bandara Soekarno-Hatta yang juga Kepala Cabang Utama PT Angkasa Pura II Haryanto dalam suasana seperti itu meminta bantuan bus Blue Bird, tetapi jumlah penumpang yang terangkut tak banyak.

Haryanto mengaku, informasi mengenai terputusnya jalan tol ke bandara terlambat ia ketahui. Soelastri Soekirno(OTW)



Post Date : 28 November 2007