Denpasar, Kompas - Separuh dari 401 sungai atau sumber mata air di Pulau Bali mengering. Sementara itu, sungai tadah hujan yang ada pun tidak seluruhnya mampu menampung air ketika musim hujan sehingga tidak bisa diandalkan sepanjang tahun.
Demikian penjelasan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam dialog publik di Kantor DPRD Bali, Sabtu (28/8).
Mangku Pastika menjelaskan, dari 162 sungai yang bermuara di laut, hanya 11 sungai yang memiliki aliran sungai lebih dari 100 kilometer. Adapun sungai yang punya debet air melimpah pada musim kemarau ternyata kurang dari 11 persen, antara lain Sungai Tukad Badung, Tukad Unda, Tukad Agung, dan Tukad Balian.
Karena itu, Pemerintah Provinsi Bali mengimbau agar masyarakat, khususnya industri yang memanfaatkan air, tidak sembarangan menggunakan air dan mampu membangun sumur-sumur resapan di lingkungannya.
Saat ini, daerah resapan pun semakin sempit. Bahkan, kawasan hijau di perkotaan Denpasar hampir tidak ada lagi, temasuk kawasan Renon, sekitar kompleks kantor Pemerintah Provinsi Bali.
Pastika mengakui bahwa pembangunan dan pertambahan penduduk yang pesat di Bali sulit dihindari karena Bali menarik untuk industri dan tempat tinggal. Bali juga tidak lagi menoleransi pengusaha seperti perhotelan atas kenaikan tarif air bawah tanah sebesar 1.000 persen. Kenaikan tarif itu wajar karena air harus dihargai mahal agar hemat dalam pemakaiannya. (AYS)
Post Date : 30 Agustus 2010
|