DENPASAR - Pulau Bali diperkirakan mengalami krisis air bersih pada 2015. Hal ini terkait dengan meningkatnya perkembangan pariwisata di kawasan Bali selatan. "Daya dukung air kita sangat terbatas, sementara kebutuhan air meningkat tajam," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali Tjokorda Ngurah Pemayun dalam acara pengukuhan anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bali-Nusa Penida kemarin.
Berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa kekurangan air di Bali telah terlihat sejak 1995, yaitu sebanyak 1,5 miliar meter kubik per tahun. Defisit tersebut terus meningkat sampai 7,5 miliar meter kubik per tahun pada 2000. Kemudian diperkirakan pada 2015 Bali akan kekurangan air sebanyak 27,6 miliar meter kubik per tahun.
Industri pariwisata menjadi konsumen utama air bersih. Pasokan air ke kawasan Kuta selatan, yang terdapat Bali Tourism Development Center (BTDC) Nusa Dua, misalnya, mencapai 1.300-3.000 meter kubik per hari. Pasokan ini berbanding terbalik dengan konsumsi air bersih rumah tangga, yang hanya menghabiskan rata-rata 1 meter kubik per hari.
Menurut Pemayun, terdapat solusi untuk masalah kekurangan di Bali selatan dengan menyalurkan air dari Tukad Unda, yang berada di Kabupaten Klungkung, untuk disalurkan ke daerah sekitar dan Kabupaten Karangasem, termasuk Bali selatan. Namun belum ada investor yang tertarik.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Ir Suharto Sarwan, Msi, mengatakan penyediaan air bersih berkaitan dengan hujan yang sulit diprediksi. Musim hujan bisa berlangsung sangat singkat dengan kemarau yang panjang. Kondisi itu menuntut pola pengelolaan yang lebih baik. "Kami kelola mulai konservasi, pendayagunaan, perbaikan mata air, hingga pelibatan masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, 11.300 keluarga miskin di empat daerah di Jawa Timur mendapat bantuan dana hibah air minum dari pemerintah daerah yang bekerja sama dengan perusahaan air minum setempat dan didukung pemerintah Australia.
Menurut Benjamin Power, Konsuler AusAID Australia, program itu bertujuan membantu keluarga miskin yang berpenghasilan rendah agar dapat mengakses air minum dengan murah dan cepat. Biaya pemasangan instalasi air ke rumah keluarga miskin hanya Rp 500 ribu atau lebih murah dari biaya Rp 1,25-3 juta.
"Biaya Rp 500 ribu bisa diangsur hingga lima bulan." ROFIQI HASAN | ABDI PURMONO
Post Date : 05 Mei 2011
|