|
KONFERENSI PBB untuk Perubahan Iklim di Bali mendapat tanggapan serius dari sejumlah pers Amerika, termasuk harian berpengaruh New York Times. Dalam editorialnya kemarin, harian ini mengecam pemerintah Amerika Serikat yang masih belum menandatangani perjanjian pengurangan gas emisi ini. Setelah Australia merencanakan akan menandatangani perjanjian ini, Amerika Serikat menjadi negara maju terakhir yang masih bertahan, tulis New York Times kemarin. Harian ini mengatakan bahwa pengadilan federal AS telah menekan pemerintah AS untuk mengambil langkah konkret. Perusahaan-perusahaan besar telah menanamkan modal untuk menciptakan bahan bakar yang bersih dan publik juga semakin prihatin dengan masalah ini. Yang masih belum terlihat adalah langkah konkret secara nasional dan internasional untuk mengatasi masalah ini. Dalam beberapa hari ke depan ini, kita akan lihat apakah dunia, terutama AS, telah siap untuk mengambil langkah maju, bukan hanya dengan pernyataan, tetapi dengan langkah konkret, tulis New York Times. Seperti diketahui, AS masih belum meratifikasi perjanjian Protokol Kyoto 1997 yang akan habis masa berlakunya pada 2012. Namun Rabu ini, Komisi Lingkungan dan Pekerjaan Umum Senat akan mencoba merampungkan sebuah RUU yang ambisius untuk mengurangi emisi di AS sebesar 15% pada 2020 dan 70% pada pertengahan abad ini. Sebab itu, New York Times menilai pertemuan di Bali dan sidang Senat AS di Washington mempunyai kaitan erat. Kemajuan secara global akan sangat bergantung pada apakah Washington, setelah bertahun-tahun menunda dan menolak, telah siap untuk mengikuti jejak Eropa dan menetapkan wajib kontrol atas emisi gas buang. (*) Post Date : 06 Desember 2007 |