BANDUNG, KOMPAS - Hujan deras yang turun sejak Jumat akhir pekan lalu membuat Sungai Citarum yang berbatasan dengan Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, meluap lagi. Akibatnya, lebih dari 500 rumah warga di desa itu, untuk kesekian kalinya, terendam banjir dengan ketinggian 2 meter lebih.
Banjir juga terjadi di Kota Cirebon, Jawa Barat, dan mengakibatkan 300-an rumah warga di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, tergenang banjir sejak Sabtu (30/1).
Hingga Minggu siang, ratusan warga Baleendah terus mengungsi dari rumah mereka dengan bantuan tim Taruna Siaga Bencana (Tagana). Empat perahu kayu dan enam perahu karet disiagakan selama 24 jam untuk mengantisipasi warga yang hendak mengungsi.
Meski demikian, puluhan warga Baleendah diperkirakan masih terjebak di rumah mereka yang tak terjangkau perahu karet penyelamat yang berukuran besar karena rumah mereka berimpitan di gang-gang sempit. Permukiman warga hanya bisa dijangkau dengan perahu kayu ukuran kecil. Empat perahu kayu yang ada belum mencukupi untuk evakuasi.
Marsonah (57), warga RT 4 RW 20, Desa Baleendah, sudah sejak Sabtu dini hari terjebak di rumahnya di gang sempit. Ia terpaksa mengungsi di rumah tetangga yang memiliki loteng. Ketiadaan makanan selama dua hari membuatnya jatuh sakit dan baru dievakuasi Minggu siang.
”Masih ada anak dan menantu yang terjebak di rumah. Baru hari Minggu ini ada perahu lewat,” katanya. Ia menceritakan, masih ada tiga keluarga lagi, yang rumahnya berdekatan dengan rumah miliknya, yang belum sempat menyelamatkan diri.
Pos Tagana Kabupaten Bandung mencatat, jumlah pengungsi 870 orang atau 88 keluarga. Mereka diungsikan ke tiga tempat utama, yakni kantor salah satu partai politik, kantor kecamatan, dan kantor desa. Selain dari Desa Baleendah, atau dikenal Kampung Cieunteung, pengungsi juga datang dari Desa Andir sebanyak 11 keluarga.
Koordinator Tagana di Desa Baleendah, Agus Sudrajat, mengatakan, warga menolak dievakuasi karena berpikir air belum tinggi. ”Sekarang, ketika air sudah sangat tinggi, kami kewalahan mengevakuasi mereka.”
Pemerintah daerah sudah mengusulkan pengerukan Citarum kepada pemerintah pusat. ”Hal itu diperkirakan bisa direalisasikan tahun 2011,” kata Apit Setia Gunawan, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Baleendah.
Kondisi Harjamukti
Di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, sekitar 300 rumah terendam banjir setinggi 30-50 sentimeter selama tujuh jam pada Sabtu (30/1) pukul 19.00 akibat luapan Sungai Cikenis dan Sungai Cikoneng. Banjir menggenangi Perumnas Gunung Pangrango, Perumnas Gunung Rinjani, dan Perumnas Gunung Bromo secara tiba-tiba sehingga warga tak sempat menyelamatkan barang berharga mereka.
Abdullah, Ketua RW 1 Gunung Pangrango, mengakui, banjir membuat panik karena menggenangi 200-an rumah di kampungnya dan 100-an lebih rumah di kampung lain.
Pemerintah Kota Cirebon tahun lalu sudah menjanjikan mengeruk Sungai Cikenis dan Sungai Cikoneng, tetapi hingga kini belum dilaksanakan.
Longsor
Dari Garut dilaporkan, pencarian satu dari tiga korban longsor di Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (31/1), terkendala cuaca. Pencarian sejak Jumat (29/1) malam difokuskan di sepanjang aliran Sungai Cikandang.
Camat Pakenjeng Djadjat Daradjat mengatakan, karena curah hujan tinggi, arus Sungai Cikandang sangat deras dan pencarian terpaksa dihentikan sementara.
Korban hilang yang dicari itu bernama Asep (19), warga Desa Talagawangi, Pakenjeng. Asep menjadi korban bersama dua orang lainnya, Adam (21) dan Wawan (9). (REK/NIT/ADH)
Post Date : 01 Februari 2010
|