Bagaimana kalau Banjir Seminggu?

Sumber:Suara Pembaruan - 02 Februari 2008
Kategori:Banjir di Jakarta
Puluhan penumpang Air Asia dari Padang, Sumatera Barat menarik napas lega. Begitu keluar dari ruang tunggu Terminal 1A, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, sebagian langsung disambangi keluarga. Ada yang saling berpelukan dan ada juga yang hanya mengelus dada tanda lega.

Pesawat Air Asia yang baru turun termasuk pesawat yang menembus cuaca buruk sebelum akhirnya pengelola bandara menutup landasan sekitar lima setengah jam akibat cuaca buruk yang membatasi jarak pandang pilot dan mendatangkan banjir di kawasan bandara. Para penumpangnya pantas lega, karena pesawat sudah dua jam berputar-putar di udara menunggu kepastian mendarat.

Sebenarnya pesawat sudah diminta untuk mendarat di Palembang tetapi ternyata pendaratan di kota itu juga cukup padat sehingga pilot menyatakan menunggu cuaca membaik dan pihak bandara membolehkan pesawat mendarat.

"Saya sangat tegang. Sepertinya nyawa ini sudah melayang meski pesawat tampak baik-baik saja," ujar Maryamah (60), salah satu penumpang Air Asia.

Maryamah yang baru dari perjalanan ke Pariaman berangkat dari Bandara Tabing, Padang, Sumatera Barat dengan lancar pada pukul 08.00 WIB. Tidak ada pemberitahuan jika Bandara Soekarno Hatta sedang mengalami gangguan cuaca buruk. Seharusnya dia tiba pukul 09.30 WIB, tapi baru bisa mendarat pukul 10.00 lebih. "Sudah mendekat bandara terasa sekali cuaca gelap dan petir bersahut-sahutan. Langit sepertinya mau runtuh. Saya takut sekali. Saya hanya bisa berdoa," kata warga Jalan Pramuka, Jakarta Pusat ini.

Akibat cuaca buruk disertai hujan deras itu, Bandara Soekarno Hatta pada Jumat pukul 10.13 WIB dinyatakan ditutup dan baru dibuka kembali pukul 15.30 WIB.

Kondisi ini membuat ratusan penerbangan terganggu. Pesawat yang akan mendarat dialihkan ke sejumlah bandara lainnya. Suasana di Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno Hatta sangat ramai.

Ratusan penumpang menumpuk memenuhi lobi dan ruang tunggu. Mereka menunggu tanpa ada kepastian keberangkatan.

"Saya sudah menunggu sejak pukul sepuluh, tapi sampai sekarang belum ada pemberitahuan apapun dari maskapai penerbangan kapan kami diberangkatkan," ujar Zoelheply, calon penumpang Lion Air tujuan Jakarta-Banjarmasin yang ditemui SP di Terminal IA bandara Soekarno Hatta, Jumat siang. "Semua kacau, baru hujan semalam saja sudah begini, apalagi hujannya seminggu," lanjutnya.

Bermacet Ria

Hujan deras tak hanya mengganggu penerbangan tetapi juga perjalanan menuju dan dari bandara. Lalu lintas terhambat karena bandara dikepung banjir dari dua arah, dari Jakarta di tol Sedyatmo dan Tangerang dari arah pintu M1.

Dampak buruk tertutupnya akses dari dan ke bandara ini dirasakan ratusan kendaraan yang terjebak di dalam tol Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten sejak Jumat sore hingga Sabtu dini hari.

Wartawan SP yang terjebak di dalam bus Damri tujuan bandara sejak Jumat sore merekam aneka keluhan dari sejumlah penumpang dan pengemudi kendaraan yang terjebak sepanjang malam dan batal berangkat.

"Ya, kita nikmati saja hasil pembangunan yang salah perencanaan, sehingga air sungai meluap dan tol pun banjir," ujar Nazir, warga Makassar, Sulawesi Selatan, yang sedianya balik kampung dengan pesawat Merpati pukul 21.00.

"Karya Soeharto ini sebetulnya bagus, tapi pemerintah sekarang tidak merawatnya, menata drainase sehingga banjir," tambah Yani, penumpang Damri lainnya.

Semua kendaraan terpaksa berhenti akibat banjir setinggi 2 meter merendam ruas tol bandara di Km 27. Sejumlah penumpang kendaraan tampak turun ke jalan untuk melepas kepenatan. Mereka saling berbagi kekesalan.

"Wah, kayanya kita tidak punya pemerintah lagi. Sebagai orang Jakarta kita rugi memilih Foke karena ternyata dia belum bisa mengatasi banjir," kata Arkhi, salah satu petugas instansi pemerintah di bandara.

"Pemerintah sekarang kurang memperhatikan rakyat. Mari kita bermacet ria saja sampai pagi," sambung Dona, penumpang Damri.

Aneka keluhan ini baru berakhir setelah tim SAR tiba pada Sabtu dini hari dan membuka pintu untuk balik arah di KM 26, sehingga antrean kendaraan pun bisa kembali ke Jakarta.

"Kita berharap Jakarta terus banjir agar Balaikota, Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Wapres, dan kantor pemerintah lainnya terendam. Kalau sudah demikian, mereka pasti ingat rakyat yang kebanjiran," ujar Dona saat berpisah di Stasiun Gambir. [SP/Dewi Gustiana dan Wolas Krenak]



Post Date : 02 Februari 2008