BANDUNG, KOMPAS - Banjir yang selalu menggenangi Kota Bandung setiap kali hujan deras dipicu buruknya kondisi drainase kota. Hal itu antara lain disebabkan oleh perilaku warga yang membuang sampah sembarangan atau menutup saluran air dengan lapisan beton.
Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, Kamis (9/12), mengatakan, perilaku warga yang tidak disiplin itu menyebabkan saluran air tersumbat atau menjadi dangkal. Akibatnya, air hujan yang masuk ke saluran air itu tidak bisa lancar mengalir dan meluap ke jalan hingga permukiman.
”Warga jangan membuang sampah ke saluran air atau menutup drainase dengan beton. Anggaran bagi perawatan draninase akan sia-sia jika warga tidak berpartisipasi menjaga drainase kota,” ungkapnya.
Dari pengamatan di lapangan, beberapa saluran air di Jalan Ir H Djuanda (Dago), misalnya, telah ditutup beton. Kawat besi berongga atau jajaran besi tulang yang semestinya menjadi penutup saluran air itu diganti dengan beton. Pemilik rumah atau bangunan di tepi Jalan Dago menutup saluran untuk memudahkan kendaraan masuk ke halaman atau tempat parkir.
Kondisi serupa ditemui di Jalan Kiaracondong. Tali-tali air yang dibangun untuk mengalirkan air dari jalan ke saluran utama drainase dalam kondisi memprihatinkan. Tali-tali air itu bahkan ada yang sepenuhnya ditutup dengan beton, sementara sisanya penuh sampah warga.
Di Dago, sejumlah tali air tersumbat batu berukuran besar dan ditumbuhi rumput. Akibatnya, tali air itu tidak berfungsi baik lantaran air dari jalan yang semestinya masuk ke drainase utama terhambat gundukan tanah dan batu. Tak ayal, air hujan selalu meluap di kawasan elite Kota Bandung tersebut.
Normalisasi
Buruknya drainase kota juga disebabkan ukuran saluran air yang sempit dan dangkal. Pada tahun 2011, Pemerintah Kota Bandung berencana menormalisasi drainase untuk mengurangi banjir cileuncang atau banjir setumit kaki yang selalu melanda Bandung. ”Pengerukan dan pelebaran saluran air akan dilakukan,” kata Ayi.
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung mencatat ada 68 titik rawan banjir di Bandung. Titik-titik rawan itu, antara lain kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Pasar Gedebage, Jalan Jakarta, Jalan Ahmad Yani, Jalan Paledang, Jalan Rumah Sakit, Jalan Pasirkoja, Jalan Cibaduyut, Jalan Kopo, Jalan Ir H Djuanda, dan Jalan Mohammad Toha.
Luapan air dari drainase yang menimbulkan genangan juga merusak aspal jalan. Hal itu bisa ditemui di Jalan Banda dan Jalan Aceh.
”Penyelesaian banjir di Bandung harus juga melibatkan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi karena daerah-daerah itu juga dilintasi sungai-sungai yang mengalir ke Bandung,” ujar Iming Akhmad, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. (REK)
Post Date : 10 Desember 2010
|