|
Jakarta, Kompas - Setelah permintaan ke pemerintah diabaikan selama 10 tahun, warga Rawa Buaya, Jakarta Barat, akhirnya membangun sendiri gorong- gorong dan pintu air di lingkungan mereka. Dana perbaikan kedua infrastruktur itu mencapai Rp 280 juta dan diperoleh dari Muslim Aid, lembaga kemanusiaan dari Inggris. Pembangunan itu dikerjakan oleh sekitar 1.200 warga Rawa Buaya secara bergotong-royong, Minggu (13/4). Warga menggali saluran yang menghubungkan dengan Kali Cengkareng Drain selebar tiga meter agar genangan air pascahujan dapat langsung dibuang. Menurut Ketua RW 11 Rawa Buaya, Tri Mulyo, warga sudah meminta perbaikan gorong-gorong dan pintu air sejak tahun 1998. Berbagai musyawarah perencanaan pembangunan diikuti dan proposal dikirimkan, tetapi tidak ada realisasinya. Oleh karena itu, Mei 2007, warga Rawa Buaya mengirimkan proposal permohonan bantuan ke delapan lembaga kemanusiaan. Namun, hanya lembaga kemanusiaan bentukan kelompok masyarakat Islam Inggris itu yang merespons permintaan mereka. Setelah mempelajari kondisi dan menyusun rancangan teknis, Muslim Aid akhirnya mengucurkan bantuan dalam bentuk material bangunan. Bantuan dalam bentuk dana dikelola oleh bendahara dari perwakilan Muslim Aid di Jakarta yang rutin datang ke lokasi itu. Menurut Ketua Panitia Perbaikan Pintu Air Rawa Buaya, Munawar Yasin, saluran yang ada sebelumnya memiliki lebar 90 sentimeter dan tinggi 80 sentimeter. Saluran itu terlalu kecil sehingga lambat dalam mengalirkan air dari permukiman ke Cengkareng Drain. Saluran kecil itu menyebabkan permukiman di 10 RW tergenang dua meter sampai tiga meter pada banjir 2007 karena luapan air dari Kali Angke. Selain itu, setiap hujan deras selama dua jam, kawasan itu akan tergenang setinggi 30-40 sentimeter. Lebih besar Munawar mengatakan, saluran yang baru akan memiliki lebar tiga meter dan tinggi 1,5 meter. Pintu air yang sudah ada di kawasan itu akan diganti dengan yang lebih besar dan dilengkapi dengan pengukur ketinggian air di Cengkareng Drain serta di permukiman. ”Jika permukaan air di Cengkareng Drain lebih rendah, pintu air akan dibuka dan demikian juga sebaliknya,” kata Munawar. Sistem pintu air yang dibangun warga juga dilengkapi dengan dua pompa air yang masing-masing berkapasitas 5.000 liter per menit. Pompa air berfungsi membuang air ke Cengkareng Drain jika permukaan air sungai lebih tinggi dari permukaan air di saluran warga. Untuk mendukung pompa itu, warga meminta bantuan mesin generator dari sebuah gereja di kawasan tersebut. ”Beban listrik untuk pompa tidak mungkin dibebankan kepada rumah warga sehingga kami butuh generator yang solarnya ditanggung bersama. Untungnya semua komponen masyarakat di sini mendukung pintu air ini,” ungkap Tri Mulyo yang sehari-hari bekerja sebagai polisi lalu lintas di Polda Metro Jaya. (ECA) Post Date : 14 April 2008 |