|
PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta harus membangun terowongan air bawah tanah (deep tunnel) yang sempat dicanangkan tahun 2007. Hal itu akan dilakukan untuk memperluas tampungan air hujan di sepanjang jalan protokol DKI Jakarta. Kebijakan ini diadopsi dari proyek serupa di beberapa kota metropolitan di dunia, seperti Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Chicago, dan Milwaukee di Amerika Serikat. Deep tunnel menganut konsep 5 in 1, yaitu: manfaatnya untuk mengendalikan banjir dan genangan air, menampung air limbah pada terowongan di bawah tanah, yang kemudian dimanfaatkan menjadi air baku untuk pasokan ke Instalasi Pengolahan Air bersih (IPA) PDAM; untuk mengendalikan pemompaan air tanah secara berlebihan. Pekerjaan ini tidak membutuhkan pembebasan tanah/lahan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, pembangunan deep tunnel di luar blue print pembangunan Jakarta yang sudah ada. Pembangunan bisa dilakukan di Jalan MT Haryono (Cawang, Jakarta Timur) hingga Pluit (Jakarta Utara). Anggaran yang digunakan untuk membangun deep tunnel diperkirakan Rp16 triliun dengan target pembangunan empat hingga lima tahun. Menurut Jokowi, pembuatan deep tunnel sebagai langkah yang terintegrasi dari seluruh program masing-masing dinas dan instansi yang melakukan penggalian gorong-gorong. "Selama ini, semua memiliki program sendiri-sendiri. Dinas PU ingin mengerjakan Maret, PDAM maunya Juni, Telkom maunya September. Tiap hari digali, yang gali ganti-ganti. Harus satukan program," kata Jokowi, Rabu (26/12). Menurut Jokowi, lebar gorong-gorong di Jalan MH Thamrin dengan lebar 60 sentimeter tidak dapat menampung air dalam curah hujan tinggi di atas 100 milimeter per detik. Maka, untuk langkah jangka pendek, pihaknya akan memasang pompa di lokasi tersebut agar air bisa dialirkan ke Kali Cideng dan Waduk Melati. "Kalau diperbesar tidak masalah. Masalahnya, kita hanya punya waktu sampai Januari. Kejar-kejaran dengan musim hujan. Jadi, kita harus berpikir jangka pendek. Ini bukan karena sampah. Banjir terjadi karena kapasitas gorong-gorongnya kurang besar. Selain di sekitar Bundaran HI, pompa-pompa tersebut juga akan dipasang di tiga titik lain, yakni di Senayan, Gatot Subroto, dan di depan Universitas Trisakti (Grogol)," katanya. Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo mengatakan, gorong-gorong di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Bundaran Hotel Indonesia sudah tidak dapat menampung curah hujan dengan intensitas tinggi. Sebab, sudah berumur lebih dari 40 tahun. "Sudah dibangun sejak 1970, dan disesuaikan dengan intensitas curah hujan saat itu," katanya. Menurut Ery, sepanjang Jalan MH Thamrin tidak memiliki kapasitas tampung yang banyak. Lebar 60 sentimeter hanya sanggup menampung hujan sedang: sekitar 55 milimeter per detik. "Hujan kemarin di atas 100 milimeter. Ada antrean air masuk ke lubang. Idealnya, diameter gorong-gorong minimal satu meter," ujarnya. Ery mengatakan, saat ini usulan pelebaran gorong-gorong menjadi satu meter dengan panjang 2 kilometer sudah diajukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Tujuannya, agar dapat menampung curah air di atas 100 milimeter per detik. "Pelebaran pertama kali akan dilakukan di wilayah Sudirman karena di daerah itu lebih mudah dan tidak mengganggu lalu lintas," katanya. Fauzan Hilal Post Date : 27 Desember 2012 |