Atasi Banjir di DKI Bank Dunia Kucurkan Rp1,2 Triliun

Sumber:Media Indonesia - 14 April 2008
Kategori:Banjir di Jakarta

JAKARTA (MI): Pinjaman lunak (soft loan) dari Bank Dunia senilai US$150 juta atau sekitar Rp1,2 triliun untuk mengatasi banjir di Jakarta segera cair tahun ini.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan sebagian besar dana itu akan digunakan untuk menormalisasi 13 sungai besar yang membelah Jakarta.

Ke-13 sungai itu adalah Mookevart, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Kali Baru Barat, Cakung, Jati Kramat, Buaran, Sunter, Cipinang, Kali Baru Timur, dan Ciliwung.

"Pinjaman lunak dari Bank Dunia proses administrasinya masih berjalan, tapi targetnya tahun ini selesai," katanya di Jakarta, kemarin.

Ia menjelaskan, bila prosesnya berjalan sesuai rencana, pengerukan dan normalisasi sungai bisa berjalan awal tahun depan (2009).

Menurut Prijanto, selain untuk menormalisasi sungai, dana itu juga akan digunakan untuk merehabilitasi tanggul dan waduk serta pembangunan pompa-pompa. "Jadi kita harapkan pada tahun 2012 semua sudah selesai dan Jakarta bisa terbebas dari banjir," ujar mantan Asisten Teritorial KSAD itu.

Pinjaman lunak dari Bank Dunia itu merupakan hasil pembicaraan antara pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mencari sumber dana untuk mengeruk dan menormalisasi drainase serta saluran di Ibu Kota. Upaya mencari pinjaman lunak ditempuh karena APBD DKI tidak sanggup membiayai kebutuhan sebesar Rp1,2 triliun.

Menurut Gubernur DKI, beberapa syarat yang diajukan Pemprov DKI direspons positif. "Syarat itu seperti bunga yang relatif rendah ketimbang bank komersial lainnya, dan jangka pengembalian dengan rentang yang sangat panjang," katanya.

Fauzi mencontohkan pinjaman lunak dari Jepang yang dikucurkan untuk pembangunan subway. "Itu kan pakai skema STEP (special term for economic partnership). Jangka waktunya 30 tahun dengan bunga hanya 0,45%," jelasnya. Dengan skema seperti itu, pinjaman sejumlah Rp1,2 triliun tidak terlalu membebani APBD dalam pengembaliannya.

Menurut dia, prioritas penggunaan dana itu ditujukan untuk membiayai pengerukan sungai, khususnya di kawasan muara, serta perbaikan saluran di seluruh simpul terutama yang belum sempat dikeruk oleh Pemprov DKI. "Termasuk di dalamnya penyelesaian BKT (Banjir Kanal Timur) dan perbaikan BKB (Banjir Kanal Barat)," imbuhnya.

Dana sebesar Rp1,2 triliun itu akan digunakan antara lain untuk menormalisasi saluran-saluran makro, peningkatan kapasitas BKB, perbaikan pintu-pintu air, dan pengerukan muara sungai.

Untuk peningkatan kapasitas BKB misalnya, dibutuhkan dana Rp238,65 miliar. "Pelebaran BKB perlu karena di beberapa titik terjadi bottle neck (penyempitan)," jelasnya.

Sementara itu, untuk perbaikan sejumlah pintu air (PA) seperti PA Karet, Manggarai, Pekapuran, Cideng-Setiabudi, Pasar Baru, Sewan, dibutuhkan dana Rp55 miliar. Dari 13 PA di Jabodetabek, 5 di antaranya membutuhkan penggantian.

Untuk pengerukan muara sungai di Cengkareng, Cakung, Sunter, Muara Karang, Ancol, dan Cisadane diperlukan dana Rp22,5 miliar. Untuk normalisasi 30 ruas saluran di Jakarta sendiri dimbutuhkan dana Rp635,5 miliar.

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto mengatakan pihak Bank Dunia sudah melakukan paparan terkait tawaran soft loan dari Pemprov DKI. "Bank Dunia dan ahli-ahli dari Belanda sudah mempelajari tentang penanganan banjir di Jakarta," katanya (Media Indonesia, 9/2). (BT/J-2)



Post Date : 14 April 2008