|
[BANDUNG] Pemangkasan Curug (air terjun) Jompong di Desa Jelegong, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, bukanlah solusi tepat untuk mengatasi banjir di wilayah Bandung selatan. Budi Brahmantyo, anggota Kelompok Keilmuan Geologi Terapan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, pemapasan Curug Jompong bakal menimbulkan masalah baru. "Arus Sungai Citarum makin cepat. Gradien (kemiringan) sungai akan berubah, sehingga terjadi erosi vertikal. Erosi ini akan menimbulkan penggerusan di dasar dan dinding sungai yang luar biasa hingga ke arah hulu," katanya dalam diskusi di Sekretariat Forum Diskusi Wartawan Bandung, Rabu (21/5). Turut hadir dalam diskusi ini anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, T Bachtiar, anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS), Sobirin Supardiyono, Manajer Lahan dan Waduk Saguling, Joni Santoso, dan Pitoyo Punu, supervisor senior Pemeliharaan Sipil Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Menurut Sobirin, pemangkasan tersebut belum tentu menyelesaikan masalah banjir di cekungan Bandung. Wilayah cekungan Bandung luasnya mencapai 350.000 hektare (ha). Sobirin mengungkapkan akar masalah banjir itu dimulai dari hulu Sungai Citarum. "Pemangkasan ini juga bisa mengakibatkan Waduk Saguling lebih cepat penuh oleh sedimen lumpur," ujarnya. Hal tersebut dibenarkan oleh Joni Santoso, Manajer Lahan dan Waduk Saguling dan Pitoyo Punu, supervisor senior Pemeliharaan Sipil Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling. Semenjak dioperasikan tahun 1985 hingga saat ini, endapan lumpur di Saguling sudah mencapai 84,8 juta meter kubik. "Kalau Curug Jompong dipangkas selesai sudah Saguling," tuturnya. Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, T Bachtiar memaparkan, Curug Jompong berfungsi sebagai penahan erosi mudik, Bila dipapas 3 meter, sedalam itu pula dasar Sungai Citarum akan tergerus ke arah hulu. [153] Post Date : 23 Mei 2008 |