Atasi Banjir, Butuh Dana Rp 6 Miliar

Sumber:Pikiran Rakyat - 28 Februari 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).-Banjir rutin yang terjadi di wilayah Bandung Timur, disebabkan belum rampungnya proses normalisasi tiga sungai yang melewati daerah tersebut. Ketiga sungai itu, Sungai Cinambo, Cisaranten Kulon, dan Cipamokolan.

Terkait hal itu, Wali Kota Bandung Dada Rosada telah mengirimkan surat kepada Menteri Pekerjaan Umum (PU) . Lewat surat tersebut, diharapkan normalisasi ketiga sungai yang membutuhkan dana Rp 6 miliar itu bisa segera dilanjutkan.

Ditemui usai kunjungan ke Kel. Babakansari, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Selasa (27/2), Dada menegaskan, untuk mengatasi masalah banjir tersebut ada tiga tahapan, yakni menyelesaikan normalisasi tiga sungai, mengevakuasi korban banjir, serta memberi bantuan makanan dan obat-obatan. Fokus saat ini, adalah melanjutkan normalisasi sebagai usaha jangka panjang, tuturnya.

Kendati demikian, kata Dada, kewenangan untuk melakukan normalisasi berada di pemerintah pusat. Sedangkan Kota Bandung hanya meminta kepada pemerintah pusat untuk mempercepat (normalisasi).

Normalisasi Sungai Cinambo mencapai panjang 5 km dan lebar 22 meter, Cisaranteun Kulon 6 km , lebar 22 meter. Sebenarnya, sebagian besar sudah selesai. Khusus untuk Sungai Cipamokolan sepanjang 5 km, memang belum tuntas. Makanya, terjadi bottle neck. Setelah air melewati dua sungai yang yang lebar dan lurus, lalu masuk ke Cipamokolan yang sempit dan berkelok-kelok, maka jadi wae meluap, katanya.

Ketua Komisi C DPRD Kota Bandung, Yod Mintaraga menyatakan, normalisasi ketiga sungai tersebut berada pada kewenangan pimpro normalisasi Citarum. Ketiganya merupakan bagian dari anak Sungai Citarum. Tentang normalisasi Cisaranten Kulon yang belum selesai , diakibatkan masalah pembebasan lahan di kompleks Pinus Regency yang belum beres, ucapnya.

Perubahan fungsi

Kepala Dinas Pengairan Kota Bandung Siti Masnun Syamsiati menyatakan, masalah banjir di Bandung Timur, khususnya di kompleks Perumahan Bumi Panyileukan (KPBP) disebabkan perubahan fungsi lahan dari pertanian ke permukiman. Perubahan tersebut menyebabkan meningkatnya laju koefisien run off, ucapnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Bina Marga Kota Bandung Rusjaf Adimenanggala. Menurutnya, perubahan fungsi tersebut menyebabkan daerah irigasi berada di atas daerah perumahan. Jadi kalau hujan, otomatis air turun ke daerah perumahan. Terjadi dilematis di sana. Apa mau tetap persawahan atau permukiman, katanya.

Hambatan lainnya, adalah keberadan Sungai Cisalatri yang juga harus dinormalisasi. Menurut Siti, Juni nanti baru akan dilakukan pengangakatan sedimen. (A-154)



Post Date : 28 Februari 2007