|
WARGA Dukuh Lemahbang, Desa Brojol Kecamatan Miri, Sragen, bahu membahu bekerja bakti membangun jaringan pipa air sepanjang 1.300 meter. Mereka berusaha mengalirkan air dari sebuah sumber Program Pengeboran Air Tanah (P2AT) di Dukuh Karanganyar atau sebelah barat Dukuh Lemahbang. Dibutuhkan dana Rp 8.7750.000, dari swadaya 45 kepala keluarga (KK) untuk membeli sejumlah pipa. Padahal, mereka juga harus membeli alat meteran seharga Rp 300.000 untuk pengukuran debit air. "Minimnya anggaran yang dikucurkan pemerintah menyebabkan masyarakat harus swadaya membangun instalasi air bersih. Namun, jika dana yang dikucurkan memadai, warga sebenarnya tidak perlu bersusah payah membangun instalasi itu," kata Camat Miri, Pudjiatmoko, baru-baru ini. Menurut warga yang ditemui menuturkan, berapa pun anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan instalasi, mereka mengaku tidak keberatan. "Asalkan keluarga mendapatkan air bersih, itu sudah cukup bagi kami," jelas Marno (47) warga RT 02. Dari data Kecamatan Miri yang berada di ujung barat Sragen ini merupakan daerah yang sulit persediaan air bersih. Sumber air memang susah didapat, bahkan upaya pengeboran yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen sering nihil tanpa hasil. "Usaha pengeboran yang dikerjakan DPU selalu kandas, memang wilayah Miri miskin sumber air," jelas Camat. Tokoh masyarakat Lemahbang, Susanto menuturkan, komunikasi antar tokoh dan perangkat desa sangat penting dalam proses pembagian air. P2AT di Karanganyar mampu memasok air bagi 200 KK. Padahal warga Karanganyar yang membutuhkan air dari proyek itu kurang lebih 70 KK. "Sisa air yang ada bisa dimanfaatkan warga lain seperti warga sini." (Budi Sarmun Santoso-42) Post Date : 12 November 2007 |