|
[JAKARTA] Direktur Basic Human Services United States Agency for International Development (USAID) untuk Indonesia, Jeff Ashley menyatakan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) memiliki komitmen untuk membantu memperbaiki kualitas hidup rakyat Indonesia melalui peningkatan pelayanan kesehatan, air dan sanitasi yang lebih baik. Karena itu, USAID berharap melalui kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak di Indonesia, bisa mewujudkan peningkatan kualitas hidup rakyat Indonesia secara umum. Hal itu dikemukakan Jeff Ashley dalam seminar bertajuk, "Solusi Alternatif untuk Tantangan Air dan Sanitasi Indonesia" yang digelar di Jakarta pekan lalu. Seminar sehari ini mengulas beberapa tema penting seputar air dan sanitasi di Indonesia, antara lain, Alternatif Pembiayaan untuk Sektor Air, Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga, Air untuk Masyarakat Tidak Mampu, Meningkatkan Akses Air dengan Harga Terjangkau, dan Pemasaran Sosial untuk Sanitasi. "Melalui pelaksanaan seminar ini kami ingin berbagi pengalaman, dan pelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan program-program USAID dalam bidang air dan sanitasi. Kami percaya bahwa hanya dengan melalui kerjasama dan kolaborasi kita dapat mengatasi dan memperoleh jawaban bagi tantangan air dan sanitasi di Indonesia," tutur Jeff Ashley. USAID melalui berbagai programnya, yaitu Environmental Services Program (ESP), Aman Tirta (Safe Water System) dan ECO-Asia bekerja sama menyelenggarakan seminar tersebut. ECO-Asia adalah program regional USAID Regional Development Mission/Asia (RDM/A) yang bertujuan untuk membantu peningkatan akses air minum dan sanitasi, peningkatan penegakan hukum lingkungan, dan fasilitasi kerja sama transboundary. Melalui kombinasi kegiatan di tingkat regional dan negara, ECO-Asia bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah kota dan penyedia jasa dalam berbagai kegiatan percontohan dan kerja sama regional dalam lima fokus area strategis, di antaranya adalah adalah pengembangkan pola-pola inovatif dalam rangka peningkatan layanan air minum bagi masyarakat miskin perkotaan, dan solusi berkelanjutan untuk pengembangan sektor sanitasi. Dalam seminar tersebut terungkap bahwa air adalah masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini. Sekitar 80 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi air yang kemungkinan besar terkontaminasi (Laporan Perkembangan Pencapaian Millenium Development Goals (MDG) Indonesia, Februari 2004). Air perpipaan yang dipandang sebagai sumber air bebas kontaminasi dengan sistem distribusi yang jelas, ternyata baru menjangkau sebagian masyarakat ekonomi menengah ke atas. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku penyedia utama air, masih menghadapi banyak persoalan sehingga belum dapat memberikan pelayanan secara optimal. Masalah teknis dan operasional, juga kendala pendanaan menjadi hambatan bagi perluasan pelayanan terutama kepada masyarakat miskin. Selain air bersih, sanitasi juga memiliki peran besar dalam menjaga tingkat kesehatan masyarakat. Saat ini baru 40 persen masyarakat perdesaan dan 73 persen masyarakat perkotaan memiliki akses ke sanitasi yang lebih baik (Laporan Perkembangan MDG se-Asia Pasifik tahun 2006). Pengadaan sarana sanitasi masih belum menjadi prioritas pembangunan bagi banyak pemerintah daerah dan hal ini diperparah dengan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya sanitasi yang layak. Sementara itu, Basah Hernowo, Direktur Direktorat Permukiman dan Perumahan, Bappenas, Basah Hernowo mengutarakan, "Seharusnya, obligasi daerah dapat dijadikan sebagai alternatif pendanaan sektor sanitasi, apabila peraturan dan perangkatnya sudah siap dan mendukung". [PR/M-15] Post Date : 25 Juni 2007 |