Tangerang Selatan, Kompas - Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten, kewalahan mengatasi volume sampah yang mencapai rata-rata 1.600 meter kubik per hari. Selain armada angkut sampah yang hanya tujuh dari sembilan truk yang beroperasi, tempat pembuangan akhir sampah seluas 4 hektar di Cipeucang, Serpong, baru difungsikan separuhnya.
”Kota Tangerang bisa berhasil menangani sampah karena memiliki 135 pengangkut sampah. Jumlah itu belum termasuk truk pengangkut sampah ukuran kecil. Kami cuma punya sembilan truk, dua di antaranya tidak beroperasi,” kata Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Nur Slamet, Sabtu (28/5).
Sebelumnya diberitakan, sampah setinggi 3 meter menumpuk di Pasar Ciputat. Tumpukan sampah setinggi 1,5 meter juga terlihat di Pasar Cimanggis, Pamulang (Kompas, 27/5).
Nur membenarkan, volume sampah di pasar tradisional itu dalam dua bulan terakhir terus meningkat. Selain sampah yang dihasilkan pasar tradisional itu sendiri, Nur menduga, peningkatan volume sampah juga disebabkan oleh masyarakat yang ikut membuang sampah di tempat tersebut.
Ini kemungkinan sejalan dengan instruksi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangsel yang melarang warga membuang dan membakar sampah di sembarangan tempat.
Menurut Nur, selama ini pihaknya hanya melayani 15 persen dari 1.600 meter kubik total produksi sampah rumah tangga, pasar, dan pabrik, atau industri. Sisanya, 85 persen ditangani masyarakat dan industri. Itu, antara lain, ada yang membuang sampah ke sungai, lahan kosong, dan membakarnya.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany membenarkan jika pihaknya masih kesulitan mengatasi sampah. ”Masalah sampah memang sangat krusial. Makanya kami akan benahi dan menata secara bertahap,” kata Airin.
Penanganan jangka pendek mengenai sampah itu adalah penambahan armada pengangkut sampah. Selain itu, lanjut Airin, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang sedang dalam penataan dan direncanakan beroperasi Oktober mendatang.
Sembari mempersiapkan TPA, yang saat ini dalam tahap mencari investor dan teknologi tepat mengatasi sampah, kata Airin, pihaknya sedang menjajaki kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Serang dan Kota Tangerang. ”Sekarang rencana sudah masuk tahap pembahasan materi kerja sama,” tutur Airin.
Nur membenarkan hal itu. ”Senin (30/5), antara Tangsel dan Kota Tangerang akan membahas kelanjutan materi kerja sama,” kata Nur.
Masalah sampah melilit Tangsel sejak akhir 2009 dan puncaknya pada Januari 2010. Saat itu Tangsel yang baru dimekarkan pada 2008 dibiarkan mengurus sampahnya sendiri oleh induknya, Kabupaten Tangerang.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang juga menarik 40 pengangkut sampah yang diperbantukan sejak dimekarkan, dan melarang membuang sampah di TPA Kabupaten Tangerang.
Diangkut
Sunarti (33), pedagang sayur di Pasar Ciputat yang kiosnya berada di belakang tumpukan sampah, mengatakan, tumpukan sampah ini mencapai tingkat tertinggi dalam dua tahun terakhir.
”Sejak dua tahun terakhir, sampah terus menumpuk di pasar. Hanya saja, baru kali ini tinggi tumpukan sampah sampai setinggi lantai dua,” ujarnya.
Klebung (32), pengemudi ojek di Pasar Ciputat, mengatakan, setiap malam, tiga sampai lima truk datang mengangkut sampah dan membuangnya ke Bantar Gebang. ”Herannya, setiap malam ada truk yang datang mengangkut sampah. Akan tetapi, sampah masih tetap banyak yang tidak terangkut,” kata Klebung.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Tangerang Maryoriss Namaga membenarkan rencana kerja sama Pemerintah Kota Tangsel dan Tangerang untuk mengelola sampah. ”Sekarang baru proses pembahasan materi kerja sama,” ujarnya. (PIN)
Post Date : 30 Mei 2011
|