|
JOGJA - Pengusaha kaya Arifin Panigoro kini melirik sampah. Dia menggandeng Konsultan Pengembangan Industri Strategi Daerah (KPISD). Rencananya, mereka memberdayakan sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan, Bantul. Untuk mewujudkan obsesinya, Arifin telah melakukan pertemuan dengan tiga kepala daerah sekaligus. Yaitu, Wali Kota Jogja Herry Zudianto, Bupati Sleman Ibnu Subiyanto, dan Bupati Bantul Idham Samawi. Ketiga bupati itu pun mendukung gagasan Arifin. Nanti sampah-sampah yang menggunung di TPA itu disulap menjadi kompos padat, cair, dan biogas. "Kami menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan sampah perkotaan," kata Direktur KPISD Mego Honggowongso kepada wartawan kemarin. Mego yang didampingi Kepala Unit Penelitian KPISD Edy Haryanto menuturkan, pengelolaan sampah tidak lagi secara landfilling. Tetapi, itu dilakukan secara composting dan biogas skala pabrik. Pengolahan sampah oleh swasta tersebut akan memberikan nilai ekonomis, tidak menimbulkan pencemaran, dan tetap bersifat strategis. Selain itu, memberikan dampak positif terhadap aspek sosial budaya dan ekonomi secara luas. Jika tidak ada perubahan, proyek itu dilaksanakan awal 2008. Saat ini, pihak Arifin telah mempersiapkan berbagai persyaratan. Misalnya, pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Namun, Mego maupun Edy merahasiakan biayanya. Prosesnya, sampah dari Sleman, Jogja, dan Bantul dikumpulkan di satu TPA. Sekitar 80 persen dari Jogja, 6 persen dari Sleman, dan sisanya dari Bantul. Komposisinya, sampah organik 90 persen dan nonorganik 10 persen. Di TPA itulah sampah diproses menjadi kompos dan biogas. (uki) Post Date : 05 November 2007 |