|
JAKARTA (SINDO) – Untuk mengantisipasi banjir yang kerap terjadi, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta Utara akan mencoba penggunaan biopori. Teknik dilakukan dengan membuat lubang di dalam tanah yang terisi vegetasi alami seperti sampah organik sehingga dapat membantu meresapnya air. Menurut Kepala BPLHD Jakarta Utara Iswardy Mudahan, saat ini pihaknya ma-sih menginventarisasi lahan yang cocok untuk penerapan teknologi tersebut. Saat ini baru dua kelurahan, yaitu Koja dan Kelapa Gading, yang dipastikan akan menjadi proyek percontohan pertama biopori. ”Komposisi tanah dan kondisi lahannya cocok untuk biopori. Kami akan bekerja sama dengan warga dan pelaku usaha untuk membuat biopori di lahan-lahan kosong,” kata Iswardy kemarin. Kepala Suku Dinas Pertamanan Nandang Sukandar menambahkan, teknologi yang dikembangkan peneliti Institut Pertanian Bogor ini merupakan sarana alternatif pembuatan daerah resapan air, mengingat luas kawasan ruang terbuka hijau di Jakarta Utara hanya 13,3 ha. ”Kita harus mencontoh Bogor yang telah membuat 5.250 lubang biopori,” pungkasnya. Sementara itu, ratusan warga di Kelurahan Kampung Melayu, Cawang, dan Cililitan, Jakarta Timur yang sebelumnya terendam air setinggi 40–175 cm, bahkan sempat mengungsi di pelataran bekas Bioskop Nusantara dan aula RS Hermina, kini sudah kembali ke rumah. Meski demikian, masih ada genangan air di RW 2 dan 3 Kampung Melayu selutut orang dewasa lantaran rumah di sana dekat dengan bantaran Sungai Ciliwung. ”Banjir pada Kamis (13/3) mencapai sedada, kemarin tinggal selutut orang dewasa,” kata Sukron, warga RT 2/2. Banjir berangsur surut membuat warga membersihkan sampah dan lumpur yang mengotori rumah. Namun, warga masih khawatir terjadi banjir kembali karena intensitas hujan masih tinggi baik di Bogor maupun Jakarta. ”Kalau banjir lagi, ya pindah ke tempat tinggi menyelamatkan barang seadanya. Kami sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini,” ujar Anwar Hambali, warga RT 2/3. Menurut Lurah Kampung Melayu Zaenal Abidin, banjir kali ini tidak begitu parah dibanding banjir pada tahun lalu. Bagi dia, banjir merupakan kejadian rutin di sini saat musim hujan tiba. ”Terkadang jika tak ada hujan sekalipun, di sini kerap kebanjiran karena ada air bah kiriman dari Bogor,” ucapnya. (neneng zubaidah/sujoni) Post Date : 15 Maret 2008 |