LIMBOTO - Lokakarya pemetaan masalah/isu strategis dan rencana strategis AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) berbasis masyarakat yang digelar Bappeda Kabupaten Gorontalo, Selasa (21/12), kemarin, mendapat tanggapan minor dari dua anggota Dekab, Hamid Bakir dan Sumarni Antule. Kepada GP di sela-sela kegiatan yang berlangsung di auditorium Bappeda Kabupaten Gorontalo itu, Hamid dan Sumarni mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sia-sia dan bahkan bisa dikatakan mubazir. Pemateri hanya bercerita tentang pengalaman dan penghargaan yang di dapatkan. Sedangkan peserta hanya jadi pendengar. Rugi kami hanya duduk-duduk saja di sini, ketus kedua legislator itu sebelum meninggalkan ruangan pertemuan. Hamid mengaku dari pertemuan yang dikiranya sangat bagus dan membuka kesempatan pada floor untuk memberikan berbagai masukan itu, Hamid dan Sumarni rela meninggalkan agenda sosialisasi RAPBD di Aula Kantor Camat Limboto. Tak tahunya, sampai disini, kita cuma mendengarkan pengalaman-pengalaman yang penghargaan dari Presiden, ketus Hamid. Idealnya, tambah Hamid, pemateri yang terdiri dari beberapa unsur LPM dari Kota dan Kabupeten Gorontalo, serta Kabupaten Bone Bolango memberikan hal-hal yang bisa dikembangkan untuk dikembangkan oleh masyarakat. Masih lebih mending wakil dari Kabupaten Gorontalo yang mereview kelebihan dan kekurangan AMPL sehingga bisa didiskusikan. Tapi pembicara yang notabene LPM dari Kota Gorontalo itu, hanya bicara soal penghargaan saja. Apa yang bisa didapatkan dari pembicaraan seperti itu, tandasnya.
Selain karena ketidakmampuan pemateri dalam mengembangkan materinya, Hamid punya alasan lain menyebut kegiatan tersebut mubazir. Apa pasal? Rupanya, seperti dituturkan Hamid, program tersebut telah dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo jauh hari sebelumnya lewat program PPK. Jadinya, lokakarya ini cuma menghabiskan waktu saja, tandasnya. (GP-54)
Post Date : 22 Desember 2004
|