Anggasari Terendam Lagi

Sumber:Pikiran Rakyat - 20 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SUBANG, (PR). Ribuan rumah warga dan ratusan hektare tambak serta sawah di Desa Anggasari, Kec. Sukasari, Kab. Subang, kembali terendam banjir, Senin (19/1). Hal itu terjadi setelah hujan kembali mengguyur wilayah Kab. Subang sejak Senin dini hari.

Menurut Kepala Desa Anggasari, Taryono, genangan air yang sempat surut dua hari lalu, kemarin kembali naik pada pukul 10.00 WIB akibat meluapnya Sungai Kanal, Kali Anyar, dan Kali Bugel, yang tidak sanggup menampung guyuran air hujan.

Pada saat bersamaan, kata Taryono, air laut sedang pasang (rob), sehingga air sungai tidak bisa langsung masuk ke laut. Akhirnya, air sungai tumpah menggenangi rumah, sawah, dan tambak milik warga.

Taryono mengatakan, banjir yang melanda Anggasari telah merendam kira-kira 1.500 rumah warga, yang dihuni oleh lebih dari 3.500 jiwa. Saat ini warga mengungsi ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Mina Laksana, yang terhindar dari sergapan banjir.

Genangan banjir juga telah menenggelamkan 200 hektare tanaman padi berusia 15 hingga 20 hari, serta 150 hektare areal persemaian. Selain itu, banjir juga menghanyutkan ribuan ton ikan bandeng, mujaer, dan udang yang dipelihara pada tambak seluas 430 hektare.

"Sawah dan tambak merupakan mata pencaharian andalan warga Anggasari. Oleh karena itu, banjir ini sangat memukul mereka," kata Taryono.

Dia mengungkapkan, untuk meringankan beban warga, pihak desa telah mengajukan permohonan bantuan bibit ikan bandeng dan mujair kepada Dinas Koperasi serta Dinas Kelautan dan Perikanan. Sementara bantuan benih padi diajukan ke Dinas Pertanian setempat.

"Bantuan yang telah kami terima baru berupa 200 kg beras dan 5 dus mi instan yang disalurkan melalui Dinsos," kata Taryono.

Sergapan banjir susulan dilaporkan terjadi pula di Desa Tegalurung, Kec. Legon Kulon, yang merupakann desa perbatasan dengan Anggasari. Di Tegalurung, genangan banjir merendam 500 hektare sawah, 200 haktare tambak, dan 200 rumah warga.

Namun demikian, warga Tegalurung tidak ada yang mengungsi karena merasa terbiasa dengan datangnya banjir. "Kondisi di Tegalurung tidak jauh berbeda dengan di Desa Mayangan dan Desa Legon Wetan. Namun, warga setempat telah menganggap bencana banjir sebagai ’makanan’ sehari-hari," ujar Camat Legon Kulon, Sugianto.

Kepala Dinas Pertanian Kab. Subang Agus Taruna membenarkan banjir di Subang dalam beberapa hari terakhir, telah merendam sedikitnya 4.600 hektare sawah yang tersebar di 10 kecamatan atau 65 desa di Kab. Subang. Namun, pihaknya belum memiliki data konkret mengenai area sawah yang puso akibat banjir.

Banjir limbah

Di Kota Bekasi, di beberapa kawasan genangan banjir belum juga surut. Bahkan, Senin (19/1), banjir terjadi disertai limbah yang membuat warga korban banjir menderita gatal-gatal.

Setelah kawasan Bekasi Timur, kali ini banjir setinggi 1 meter atau sepinggang orang dewasa, menggenangi permukiman warga sepanjang Kali Abang Ilir Kota Bekasi. Namun, warga belum juga mengungsi.

Salah seorang korban banjir, Dani menuturkan, banjir kali ini disertai dengan limbah. "Akibatnya, banyak warga yang terserang gatal-gatal setelah mencoba menyelamatkan barang-barang berharga mereka," katanya.

Dani menambahkan, banjir datang sejak Minggu malam dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Namun, Senin pagi air mulai surut menjadi 1 meter. Banjir yang melanda Kota Bekasi ini menurut warga sangat lambat surutnya. Sebab, saluran pembuangan air di daerah tersebut sama sekali tidak ada. Hal ini dikarenakan pembangunan Perumahan Pondok Sani Putra yang letaknya lebih tinggi dari perkampungan-perkampungan di sebelahnya.

Selain itu, sistem drainase di Kota Bekasi pun sebagian besar sudah tidak berfungsi dengan baik.

Lamban

Sementara itu, hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Bekasi belum turun tangan untuk memperbaiki beberapa tanggul yang jebol di Kec. Muaragembong. Masyarakat Muaragembong mengaku memperbaikinya sebatas menambalnya dengan karung pasir, karena tanggul yang jebol terlalu panjang.

"Dari kemarin kami cuma menambalnya dengan karung berisi pasir. Saat ini, hal tersebut membantu sekali karena tidak ada hujan hingga sungai tidak meluap," ujar warga Kampung Anyar, Desa Pantai Mekar, Udin (32), saat ditemui di Pantai Mekar, Senin (19/1).

Meski begitu, warga Muaragembong khawatir jika hujan deras kembali turun, tambalan tersebut tidak akan cukup menahan luapan sungai, dan terjadi banjir lagi. "Belum ada petugas dari pemkab yang datang untuk mengecek tanggul. Mereka baru memberi bantuan bagi korban banjir saja," ucap Udin.

Camat Muaragembong, Mujahirin mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengajuan bantuan untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, termasuk untuk tanggul-tanggul yang jebol. "Semua tanggul di enam desa kami jebol. Yang paling parah ya di Desa Pantai Mekar yang jebol hingga 35 meter dan di Pantai Bhakti jebol hingga 8 meter," kata Muhajirin.

Saat dikonfirmasi, Asisten Daerah II Bidang Pembangunan dan Ekonomi, Muhyyidin mengatakan, saat ini yang menjadi fokus perhatian adalah mendistribusikan bantuan. "Banjir kan belum selesai. Bulan Februari diperkirakan justru akan lebih parah. Untuk penanganan tanggul yang jebol tentu saja kami memberi perhatian. Dinas Bina Marga sudah diperintahkan untuk melakukan pengecekan di lapangan," tutur Muhyyidin. (A-106/A-155/A-186)
 



Post Date : 20 Januari 2009