Jakarta, Kompas - Perbaikan, pengerukan, dan pelebaran saluran air atau sistem drainase di DKI Jakarta terbentur anggaran. Akibatnya, potensi banjir tahun ini kurang tertangani.
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) Tata Air Jakarta Pusat Agus Priyono, Senin (30/11), mengatakan, dana yang diterima instansinya Rp 100 miliar per tahun. Dana itu digunakan untuk normalisasi, peningkatan kualitas, serta pemeliharaan saluran mikro dan saluran penghubung. Setiap tahun hanya 8 persen dari keseluruhan sistem drainase yang bisa direvitalisasi.
”Panjang saluran mikro di Jakarta Pusat mencapai 2,958 juta meter dan saluran penghubung 168.000 meter. Dengan anggaran yang terbatas, pemeliharaan tidak bisa untuk seluruhnya,” tutur Agus.
Hal serupa juga dikemukakan Irvan Amtha, Kepala Sudin PU Air Jakarta Utara. Untuk mengatasi banjir di wilayah itu, perlu waktu dan anggaran yang besar. Saat ini, Sudin PU Tata Air Jakarta Utara sedang memperbaiki sejumlah saluran air di permukiman warga yang rawan banjir, pengurasan lumpur di sejumlah sungai, pembuatan rumah pompa di Angke, tanggul, dan perawatan deker saluran yang rusak.
”Semua saluran air yang saat ini belum diperbaiki pasti akan di benahi, tetapi secara bertahap dan sesuai dengan anggaran yang disediakan,” kata Irvan
Saluran makro
Paparan Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur mengenai Sistem Jaringan Tata Air Tahun 2009 menyebutkan, 80 persen saluran makro sepanjang 114,31 kilometer dan 60 persen saluran penghubung sepanjang 194,71 kilometer di Jakarta Timur belum tertata. Sebesar 35 persen saluran samping jalan sepanjang 1.338,63 kilometer memang belum dibuat.
Tidak tergarapnya proyek revitalisasi drainase diperkirakan akan memperparah potensi banjir di Jakarta selama musim hujan ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan bahwa selama bulan Desember ini kemungkinan akan muncul lebih banyak lokasi banjir dibandingkan dengan bulan November. (ART/ARN/NEL/WIN)
Post Date : 02 Desember 2009
|