|
CILACAP, KOMPAS - Anggaran penyediaan air bersih sejumlah kabupaten di Jawa Tengah bagian selatan memasuki September ini kian menipis dan hampir habis. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena musim kemarau diperkirakan masih akan terjadi hingga Oktober dengan tren kekeringan yang semakin meluas. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Wasi Ariyadi, Minggu (9/9), mengatakan, bantuan air bersih yang dialokasikan APBD Cilacap sebesar Rp 100 juta sudah hampir habis. Hingga kini, BPBD setempat telah menyalurkan 288 tangki kapasitas 5.000 liter untuk 28 desa. ”Anggaran memang sudah kritis. Namun, kami tetap berkomitmen mendistribusikan air bersih dengan mengajukan lagi ke APBD perubahan. Dana penanggulangan bencana kekeringan tetap akan diusahakan seberapa pun kebutuhannya,” jelasnya. Persoalan serupa terjadi di Banyumas. Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas Yuniyanto mengatakan, alokasi anggaran air bersih untuk wilayah tersebut sangat terbatas. BPBD Banyumas hanya memiliki anggaran Rp 400 juta dan telah dipakai sejak Januari lalu. Di Kebumen, pemerintah kabupaten setempat juga menambah anggaran penyaluran air bersih sebesar Rp 46 juta lewat APBD perubahan. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kebumen Muhyidin mengatakan, alokasi awal anggaran air bersih sebesar Rp 204 juta sudah habis untuk menyalurkan sebanyak 2.500 tangki air bersih. Dengan tambahan anggaran, total alokasi untuk air bersih mencapai Rp 250 juta. ”Pembengkakan anggaran akibat meluasnya kekeringan. Jika Juli lalu kekurangan air bersih baru melanda 34 desa di 9 kecamatan, pada akhir Agustus tercatat sudah 64 desa yang tersebar di 16 kecamatan,” jelas Muhyidin. Kepala Bidang Pemerintahan Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) III Jateng Sri Kendarti mengatakan, secara keseluruhan, ada 193 desa di Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, Pemalang, dan Brebes dilanda krisis air bersih. Namun, tidak semua daerah tersebut bisa dibantu suplai air bersih. Untuk musim kemarau kali ini, Bakorwil III Jateng hanya memiliki stok 1.134 tangki dan 842 tangki di antaranya telah disalurkan. Artinya, hanya tersisa 252 tangki yang diprediksi habis pekan ketiga September. Pengamat cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, musim kemarau diperkirakan baru berakhir Oktober. Kendati ada sejumlah daerah yang bakal memasuki musim pancaroba pada pekan ketiga September, terbatas di wilayah Cilacap barat. ”Musim hujan baru akan terjadi pertengahan Oktober,” jelasnya. Sementara itu, menurunnya debit air Sungai Benawa dan Sungai Batangalai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, berdampak pada pasokan air yang masuk ke perusahaan air minum setempat. Jika dalam kondisi normal PDAM Titra Dharma Barabai bisa menghasilkan 200 liter air per detik, saat ini hanya sekitar 130 liter per detik. Direktur PDAM Tirta Dharma Barabai, Hulu Sungai Tengah, Rusdi Aziz, Minggu (9/9), mengatakan, jika dalam kondisi normal semua pelanggan di Hulu Sungai Tengah yang berjumlah 12.700 mendapat pasokan air melimpah, saat ini jumlah air yang mereka dapat berkurang. (WER/GRE) Post Date : 10 September 2012 |