|
Tursino (60) ikut naik ke dalam bak truk pengangkut sampah Dinas Kebersihan DKI Jakarta dari Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, menuju Istana Negara. Tursino bersama sekitar 100 rekannya yang diangkut empat truk sampah akan bertugas membersihkan sampah yang ditinggalkan para pengunjuk rasa, Senin (1/5). Di depan istana di Jalan Medan Merdeka Utara, Tursino bersama rekan-rekannya diturunkan. Barisan berseragam oranye itu kemudian dengan cekatan membersihkan sampah kertas maupun plastik pembungkus makanan. Sampah-sampah itu ditinggalkan para pengunjuk rasa yang memperingati Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2006. Mereka membubarkan diri saat hujan turun di depan Istana Negara. Sebelumnya, para pengunjuk rasa berkumpul menyampaikan aspirasi penolakan revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan di DPR, Senayan. Para pengunjuk rasa yang terkumpul, yang sesuai perkiraan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani mencapai 20.000 orang, kemudian beralih ke Bundaran Hotel Indonesia. Selepas dari Bundaran Hotel Indonesia, barisan massa menuju Istana Negara. Hujan deras yang mulai turun sekitar pukul 15.00 di depan istana kemudian membuyarkan barisan pengunjuk rasa. Namun, sampah yang ditinggalkan pengunjuk rasa bukanlah sedikit dan telah berserakan di mana-mana. Sampah rezeki Bagi para pemulung, unjuk rasa ribuan orang adalah berkah. Sebab, ribuan pengunjuk rasa itu meninggalkan botol-botol minuman kemasan, koran maupun kardus yang tidak lagi menjadi sampah tak berguna. Juanda (20), seorang pemulung, saat itu mengatakan, "Saya sudah mendapat botol-botol air minum sampai tiga karung besar. Lumayan, kalau dijual nanti kira-kira bisa sampai Rp 30.000 per karung." Berkah bagi Juanda tidak dirasakan Tursino dan kawan-kawan. Tursino bekerja menjadi buruh lepas Dinas Kebersihan sejak tahun 1995. Saat ada demo, tetap saja memperoleh honor Rp 28.000 per hari. "Ini sudah menjadi risiko pekerjaan. Jalan-jalan di kota harus kami bersihkan dengan cepat, apalagi ini di depan Istana Negara," kata Tursino yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Tursino menambahkan, honor Rp 28.000 per hari yang ia terima sudah termasuk uang makan. Memang, pada saat persiapan membersihkan sampah dari pengunjuk rasa, Tursino dan kawan-kawan sering mendapat jatah makan. Tetapi, sehari-hari honor yang diterima Tursino sudah termasuk uang makan. Ketika tidak ada unjuk rasa, Tursino biasanya bertugas membersihkan Jalan Bungur di Jakarta Pusat. Tursino adalah potret seorang buruh lepas yang sudah tidak lagi mampu mengerti makna memperingati Hari Buruh setiap 1 Mei. Andai dalam satu hari kemarin buruh seperti Tursino dan kawan-kawannya ikut mogok. Tukang sapu seperti Tursino sangatlah berjasa menjaga kebersihan kota seperti Jakarta ini. (NAW) Post Date : 02 Mei 2006 |