|
Wajah Sungai Ciliwung di Kota Bogor, Jawa Barat, sedikit berbeda dari biasanya pada Sabtu (29/10) pagi. Ratusan warga yang terkonsentrasi di belasan titik di sepanjang Ciliwung turun ke sungai. Mereka berlomba menjadi pengumpul sampah terbanyak di tepi sungai itu. Sri Sutiarti (52), warga RW 6 di Kelurahan Sempur, Bogor Tengah, termasuk satu di antara ratusan orang itu. Keringat bercucuran dari dahinya. ”Mumpung enggak ada kerjaan, saya ikut saja. Sejak pukul 07.00 sudah kumpul di rumah RW,” tutur Sri. Warga yang memulung di bawah Jembatan Jalak Harupat itu terlihat sumringah, penuh semangat. Lebih dari 20 karung berisi sampah terlihat berderet di tepi sungai itu, hanya satu jam sejak lomba dimulai. Begitulah sepenggal pelaksanaan Lomba Mulung Ciliwung Antar-kelurahan Se-Kota Bogor III yang digelar Komunitas Peduli Ciliwung. Sebelas kelurahan yang berada di bantaran Ciliwung di Kota Bogor dilibatkan, yakni Katulampa, Tajur, Sindang Rasa, Babakan Pasar, Baranangsiang, Sempur, Bantarjati, Kedung Badak, Cibuluh, Kedung Halang, dan Tanah Sareal. Lomba dilaksanakan pukul 08.00 hingga 12.00. Panitia menerapkan tiga kriteria guna menentukan pemenang, yaitu jumlah karung ukuran 25 kilogram yang berisi sampah, keterwakilan warga, dan inisiatif warga. Kelurahan yang memenangi lomba mendapatkan piala bergilir serta uang Rp 5 juta, juara kedua Rp 3 juta, dan juara ketiga Rp 2 juta. Tahun 2009, pelaksanaan pertama lomba itu, Kelurahan Sempur menyabet juara pertama. Tahun 2010, juara direbut Kelurahan Bantarjati. Hal itu membuat warga dua kelurahan tersebut semakin bersemangat mengikuti lomba tahun ini. Menurut Een Irawan Putra, Koordinator Lomba Mulung Ciliwung, warga memang antusias mengikuti lomba ini. Pada tahun 2009, sebanyak 650 warga terlibat dan mengumpulkan 600 karung. Sementara tahun 2010, hampir 1.000 orang terlibat dan bisa mengumpulkan 1.000 karung sampah. Sampah itu akan dibuang oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. ”Tahun ini, kami berharap bisa sampai 1.000 orang juga. Namun, tujuannya bukan itu saja. Kami berharap masyarakat tergugah untuk lebih menjaga Sungai Ciliwung,” ungkapnya. Kian memprihatinkan Kondisi Ciliwung yang membentang dari Puncak di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta sepanjang 119 kilometer kian memprihatinkan. Daerah tangkapan air di hulu rusak akibat alih fungsi lahan. Sampah di buang di mana-mana sehingga kualitas air menurun. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan Ciliwung sebagai salah satu dari 11 sungai di Indonesia yang layak masuk ”UGD” karena kerusakannya parah. Antara kemarau dan musim hujan, debit air Sungai Ciliwung bisa berfluktuasi hingga 400 kali. Ini yang mengakibatkan potensi banjir begitu besar. ”Tahun 2008 lalu, saya sampai mengungsikan sekitar 160 keluarga di tiga RW karena air Sungai Ciliwung meluap. Target saya sekarang bukan menang Mulung Ciliwung, tapi warga peduli terhadap Ciliwung,” kata Yeti Sumiati, Lurah Sempur. Tentu jika warga di 11 kelurahan itu memulai langkah untuk merehabilitasi Sungai Ciliwung semampu dan sebisanya, seperti mereka bersemangat mengikuti lomba ini, ada titik harapan bagi Ciliwung. Bukankah masyarakat di bantaran sungai yang paling merasakan baik buruk kualitas Sungai Ciliwung? (Antony Lee) Post Date : 31 Oktober 2011 |