|
BAYANGKAN, seandainya Kota Bandung dialiri sungai yang airnya bening. Pasti sangat indah. Namun, sampai saat ini masyarakat malah suka membuang sampah ke sungai. Mereka tidak sadar, selain berbahaya bagi kesehatan, perilaku tersebut juga merugikan komunitas lain yang tinggal di hilir sungai. Muncul pertanyaan, apakah warga Kota Bandung tidak merasa memiliki sungai? Untuk mengurangi volume sampah di bantaran sungai, Ditjen Cipta Karya Dep. Pekerjaan Umum menyumbang dua unit trash rake ( alat penyaring sampah) di Kota Bandung dengan nilai masing-masing projek lebih dari Rp 7 miliar. Trash rake diperlukan untuk menahan laju sampah di sungai dan memindahkan untuk memudahan pembuangan sampah sehingga tidak menimbulkan banjir akibat penyumbatan laju air sungai. Satu unit trash rake ditempatkan di Sungai Cibeunying depan Pasar Kordon, satu lagi di Sungai Citepus, dekat Perumahan Istana Mekar Wangi. Dua lokasi tersebut dipilih karena debit air cukup tinggi dan bersaing dengan volume sampah yang menumpuk. Rencananya, dua trash rake akan mulai beroperasi awal 2009. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Rusjaf Adimenggala, keberadaan trash rake memberi pelajaran kepada masyarakat agar tidak seenaknya membuang sampah ke sungai. "Memang, alat ini membantu pengangkatan sampah dari badan sungai. Akan tetapi, jangan lantas membuang sampah ke lokasi itu," ujarnya, ketika ditemui di lokasi sistem peralatan penyaring sampah otomatis Mekanikal-Elektrika l Hydraulic (ME-H) Trash Rake, Sungai Cibeunying- Pasar Kordon, Jln. Terusan Buahbatu Bandung, Sabtu (13/12). Seluruh sampah yang terbawa dan tercampur dengan air akan tersaring Bar Screen yang memiliki jarak 5 cm - 50 cm sesuai jenis sampah yang akan disaring. Bar screen akan terpasang hingga ke dasar sungai sedalam 10 meter, terutama untuk menyaring sampah-sampah yang tidak muncul ke permukaan dan mengalir di dasar aliran sungai. SAMPAH diangkat oleh rake and arm ke permukaan dan dimasukkan ke dalam conveyor horizontal untuk diteruskan ke bak penampungan sampah atau container. Sistem peralatan ini mampu mengangkat beban 100-1.000 kg atau kubikasi 1 m3 setiap turun ke dasar saluran. Dalam 2 menit, trash rake akan mampu mengangkat antara 0,5 m3-1 m3 tergantung jumlah sampah yang terjaring pada bar screen. Bahkan, Rusjaf memastikan indikator keberhasilan fungsi alat tersebut berdasarkan perilaku masyarakat. "Indikasinya, kalau sampah makin lama makin sedikit, fungsi alat tersebut berkurang. Hal itu menunjukkan perubahan perilaku masyarakat yang baik karena tidak lagi membuang sampah ke sungai. Apalagi, sungai dibutuhkan untuk mengairi Bandung, bukan sebagai tempat sampah raksasa," ungkapnya. Menurut Wali Kota Bandung Dada Rosada, keberadaan sungai di lingkungan kota tidak saja berfungsi sebagai penggelontoran aliran air, tetapi juga diharapkan memberi nilai tambah. "Sungai juga harus memberikan kontribusi terhadap estetika kota. Jika hujan tiba, sampah menumpuk harus segera dijaring agar air mengalir dan tidak menimbulkan banjir," katanya. (Ririn N.F./"PR") Post Date : 14 Desember 2008 |